Banyak pengamat bangunan lama yang ternyata sangat mengaggumi gedung-gedung kuno di Indonesia, sepertibangunan pening-galan jaman Belanda. Namun ironisnya, dalam sejarahnya banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui latar belakang bagaimana bangunan tersebut dibangun.
“Banyak bangunan lama yang ada di Indonesia yang berhasil saya rangkum dalam sebuah buku. Semua bangunan-bangunan di berbagai kota di Indonesia benar-benar mempunyai nilai histroris yang tinggi, akan tetapi sayangnya banyak yang dirobohkan tanpa sebab," jelas Pengamat Bangunan Kuno asal Belanda Mr Cor Passchier saat mengupas bukunya yang berjudul "Building In Indonesia Tahun 1600-1960" di Gedung Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Unika.
Bedah buku kemarin juga dihadiri puluhan mahasiswa ini dan dibuka Dekan FAD Unika Dr Tyas Susanti MA PhD yang juga dihadiri Ketua Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Jateng Satrio Nugroho, dan kalangan pengamat gedung lama.
Mr Cor mengungkapkan, dalam bukunya yang telah dirangkum diantaranya juga isinya menggambarkan tentang bangunan kuno Gereja Blenduk Kota Lama, Lawangsewu, Pasar Johar dan Sobokarti. Sementara juga digagas adanya Benteng Pendem di Ambarawa, serta beberapa bangunan lama yang ada di luar Jawa.
"Diharapkan bangunan-bangunan lama yang ada di Indonesia termasuk di Kota Semarang jangan ada yang dibongkar. Karena arsitektur gedung lama ini kombinasinya sangat luar biasa peninggalan jaman Belanda, dan sudah 100 kali saya ke Semarang melakukan pengamatan. Rawatlah gedung-gedung lama jangan sampai bangunan tersebut musnah," jelasnya.
Dekan FAD Unika, Dr Tyas Susanti sangat mengapresiasi kedatangan pengamat gedung kuno asal Belanda dan mengabadikan dalam sebuah buku tentang bangunan lama dari 1600-1960 dan ternyata dokumennya masih tetap ada. "Ini bisa menjadi inspirasi agar mahasiswa lebih mencintai bangunan di negeri kita," pungkasnya. (Jateng Pos, 21 Juni 2016, Hal. 4)