PENGAMAT Transportasi Unika Soegijapranata Joko Setyowarno mengemukakan, pengalaman macet di pintu keluar tol Brebes menjadi pengalaman berharga bangsa ini. Terutama juga, untuk kian membenahi persoalan moda transportasi darat di Pulau Jawa.
Fenomena Brexit, sebelumnya memang tak bisa dibayangkan muncul dan menjadi drama nasional karena kerugian waktu dan materi yang sebegitu besar. Pengalaman berharga ini memunculkan saran, agar ke depan, para pengendara, terutama di saat padat aruslalu lintas, diarahkan untuk tidak terus-menerus berada di dalam lingkaran jalur tol.
Apalagi pada lajur jalan dengan panjang yang bisa mencapai puluhan kilometer. ”Sesekali arus kendaraan di dalam tol dipecah. Beri kesempatan untuk pengemudi bisa menempuh jalur non-tol dengan bantuan petugas. Carikan jalan alternatif yang bisa mengurai kemacetan menghindari arus tertumpu di satu titik,” saran Joko, kemarin.
Dia mengakui, pernah memantau kondisi di tempat itu bersama Tim Puslitbang Jalan dan Perkeretaapian. Rombongan bergerak menyusuri jalur mudik lewat tol dari Ibu Kota hingga Brebes Timur. Mereka masuk dan singgah di setiap rest area yang penuh dengan pemudik. Tim tanpa ketinggalan membawa peralatan drone untuk mengetahui kondisi di gerbang tol dan sejauhmana panjang antrean kendaraan.
Kurang dari 10 Km/jam
”Perjalanan masih lancar hingga Pejagan dengan laju 100- 120 kilometer per jam. Namun kemudian, laju rendah kendaraan mulai dirasakan. Terutama saat menuju ke pintu keluar atau exit toll di Brebes Timur sejauh 20 kilometer yang harus ditempuh selama lima jam 20 menit,” ucap dia. Pada kondisi ini kendaraan melaju dengan kecepatan kurang dari 10 kilometer/jam.
Kondisi makin sulit muncul setiba di rest area mini di exit toll Brebes Timur yang mulai terasa akan terjadi kemacetan. Tak berjarak lama kendaraan berhenti total akibat kondisi pantura yang mulai ramai. Mereka yang ingin membayar untuk keluar tol harus ekstra bersabar. ”Akhirnya kendaraan dari arah timur dilarang masuk pintu tol Brebes Timur.
Rekayasa lalu lintas dilakukan, mulai pintu keluar toll gate dibuat contra flow hingga pertigaan pantura,” tutur Joko. Kondisi yang mulai macet parah membuat sepanjang tol muncul penjual dadakan makanan dan minuman serta bensin. Lalu di pintu tol Palimanan terdapat jembatan over pass yang dipenuhi penduduk sekitar sebagai arena wisata baru selama mudik.
”Berkaca dari pengalaman ini, kami menyarankan kepada para pemudik, untuk tidak terusmenerus menggunakan tol. Misalnya sesampai di Pejagan, sebaiknya keluar dan cari jalan alternatif melalui Ketanggungan dan Slawi. Ini lebih aman ketimbang berlama-lama di ruas tol yang menyengsarakan, terutama bagi yang tidak membawa bekal cukup,” tandasnya.
Tautan : http://berita.suaramerdeka.com