Banyaknya jenis game yang bertebaran di playstore maupun gadget membuat para mahasiswa ini tertarik untuk menciptakan game sendiri. Temuan mereka tak kalak dengan game dari luar negeri.
TANGAN Gunawan ‘tampak aktif bergerak ke atas dan ke bawah meski ia hanya memainkan game multimedia. Mengendalikan permainan dengan ponselnya, pemuda 23 tahun itu tampak aktif menggerakkan tangan bukan hanya jari-jemarinya. Gunawan Putra ialah mahasiswa Game Tech Unika Soegijapranata yang membuat game dengan sensor gerak. Permainan yang memadukan monitor, konsol sensor gerak dan ponsel ini memiliki nama Crows Adventure.
Sebenarnya, game itu cukup sederhana dimainkan. Kita hanya berlaku sebagai gagak yang terbang menghindari lawan dan menangkap mangsa.
Yang membuat berbeda adalah bagaimana kita menerbangkan gagak tersebut. Ponsel kita harus diangkat ke atas jika ingin gagak terbang rendah dan ke bawah jika ingin terbang rendah.
"Dengan begitu kami ingin mengajak para pemain juga bergerak bukan hanya duduk diam saat memainkan game," Gunawan Putra.
Game yang dimainkan menggunakan sensor gerak tersebut tidak semata-mata bisa dimainkan dengan ponsel saja. Untuk membuatnya, membutuhkan konsol game berupa box berukuran sekitar 10x5x10 cm. Konsol tersebut berisi komputer Raspberry Pi yang dirakit Gunawan.
"Sepintas memang game ini seperti nintendo wii dimana kita harus bergerak untuk memainkannya, meski demikian game ini menggunakan sensor yang lebih sederhana," terang Gunawan.
Game karyanya dipamerkan bersama 12 permainan multimedia lainnya di Program studi Game Technology Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata di ruang seminar Gedung Mikael, Jalan Pawiyatan Luhur, Semarang, Selasa (2/8).
Tiga belas game tersebut terbagi ke dalam tiga golongan yakni game teknologi, game sosial budaya, dan game entrepreneur. "Namun dari tiga belas itu mereka hanya menggeluti dua golongan kebanyakan game edukasi sosial budaya, dan satu game teknologi, ya Gunawan itu," terang dosen pengajar sekaligus Wakil Rektor 4 Dr Ridwan Sanjaya.
la menjelaskan, game entrepreneur adalah game yang mengikuti selera pasar, layak dijual dan membentuk badan hukum. Ridwan menjelaskan tahun ini memang belum ada yang memilih golongan tersebut, namun di tahun depan akan ada beberapa siswa.
"Tiga belas game ini sudah ada di playstore yakni sepuluh buah, dua dima-inkan di website, dan satu buah konsol game. Tujuan kami sebenarnya sederhana, selama ini Indonesia dipandang sebagai konsumen game, hari ini beberapa mahasiswa sudah berusaha memaparkan dan mengubah pandangan tersebut," terang Ridwan lebih lanjut.
Game-game lainnya bertemakan kebudayaan diantaranya seperti game wayang, game monopoli kebudayaan, hingga game petualangan dengan latar objek wisata. , "Beberapa game akan diminta oleh Dinas Pariwisata Jateng dan akan dipamerkan di Jateng Fair beberapa hari ke depan," pungkasnya. (Tribun Jateng 3 Agustus 2016, hal. 1, 7)
Tautan : http://jateng.tribunnews.com