Pengeluaran setiap keluarga di Indonesia untuk transportasi pribadi, rata-rata sudah di atas 25% dari pendapatan yang mereka terima setiap bulan. Sementara di beberapa negara maju, biaya transportasi sudah berada di bawah 10%.
“Jumlah itu harus segera diperbaiki guna meringankan beban masyarakat serta biaya logistic nasional,” kata Kepala Lab Transportasi Unika Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno saat dikonfirmasi Beritatrans.com di Jakarta, Minggu (14/8/2016).
Djoko juga menuturkan, berdasarkan hasil penelitian Puslitbang Jalan dan Perkeretaapian Balitbang Perhubungan 2013, biaya transportasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) saja mencapai 32%. “Mereka harus mengeluarkan 30% gajinya buat transportasi,” pinta Djoko singkat.
Dia menambahkan masyarakat juga harus menghabiskan banyak waktunya di jalan akibat buruknya transportasi umum.
Tidak hanya penggunaan kendaraan pribadi, jelas Djoko, tarif angkutan umum yang tidak mengalami penurunan juga menjadi salah satu yang membuat biaya transportasi masyarakat menjadi cukup besar.
“Padahal, pengeluaran transportasi masyarakat akan berkurang jika tarif mengalami penurunan. Menjadi tugas pemerintah dan operator angkutan untuk bersinergi dan membangun angkutran umum yang efiesien di Tanah Air,” kilah Djoko.
Kenaikan Harga-Harga
Djoko Setijowarno menambahkan kenaikan harga-harga yang terjadi pada Juli 2016 salah satunya karena masalah biaya transportasi di dalam negeri cukup mahal.
“Pemerintah harus segera menata transportasi umum di daerah. Selain dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) untuk meyakinkan kepala daerah, juga luncurkan public service obligation (PSO) angkutan umum berbasis jalan,” sebut Djoko lagi.
Pemerintah Indonesia baik di tingkat pusat atau daerah, menurut dia, harus segera menata transportasi umum di daerah dengan membuat SKB dan memberikan public service obligation angkutan umum berbasis jalan raya.
Dikatakan, pengeluaran rumah tangga (RT) Indonesia saat ini cukup tinggi dibandingkan dengan rumah tangga negara lain. Jumlah itu belum termasuk masih banyaknya biaya-biaya siluman yang jumlahnya sulit diprediksikan.
“Tingginya pengeluaran tersebut lantaran masih buruknya sistem transportasi umum di beberapa daerah yang menyebabkan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi,” tegas Djoko lagi.
Tautan : http://beritatrans.com