Jembatan Penyebarangan Orang (JPO) menjadi arena reklame, itu sangat wajar.
Karena membangun JPO biayanya mahal, sehingga di Indonesia budaya membangun JPO ini dibuat kerjasama dengan pihak ketiga, dengan kompensasi pemasangan reklame.
Menurut pakar transportasi Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, “Hampir semua JPO di negeri ini menjadi media promosi, tak heran saking banyak reklame sehingga menghilangkan fungsi utamanya dalam memberi kenyamanan pejalan kaki, tapi malah menjadi arena promosi,” kata Djoko Senin (26/9).
Dalam perjalanan berikutnya, kriteria untuk pejalan kaki yang aman, nyaman dan berkeselamatan menjadi terabaikan, lebih untuk pasang iklan yang bisa dongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Lagi lagi di daerah, fasilitas transportasi bukan dibangun senyaman mungkin buat orang, kemudian dipikirkan fasilitas pasang iklan untuk pembiayaannya. Yang terjadi malah terbalik, kebutuhan pasang reklame yang utama, kebutuhan orang terabaikan.
“Sah-sah saja memanfaakant ruang untuk pasang reklame yg bisa dapatkan uang untuk pemasukan kas daerah, tetapi jangan abaikan kepentingan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki,” tutup anggota MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) ini. (http://berita.suaramerdeka.com)
Serah Terima Jabatan Ormawa FHK SCU
Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) melaksanakan Serah