Guru Besar Arsitektur ITS Surabaya Prof Dr Josef Prijotomo MArch menyatakan perlunya jurusan Arsitektur di berbagai perguruan tinggi (PT) Indonesia memasukkan Arsitektur Nusantara sebagai mata kuliah wajib bagi calon arsitek. Selama ini kurang dari 5 PT di Indonesia (di antaranya ITS dan Unika Soegijapranata Semarang) serius memasukkan Arsitektur Nusantara menjadi mata kuliah dan pengembangan keilmuan bagi para calon arsitek.
"Sudah saatnya Arsitektur Nusantara bisa dijadikan kebanggaan bangsa ini. Perguruan tinggi dan asosiasi Ikatan Arsitektur Indonesia harusnya mau mengakui akan arsitektur nusantara dan menjadikan mata kuliah atau salah satu fokus keilmuan para calon arsitek Indonesia. Arsitektur Nusantara lebih menekankan pada aspek bangunan khas Indonesia sejak awal Masehi sampai sekarang, beda dengan arsitektur tradisional yang awalnya digulirkan pemerintah kolonial Belanda sebagai bagian budaya tradisional (bukan sisi bangunan)" ujar Prof Josef saat tampil pada pameran dan diskusi budaya Asmat-Suroba yang digelar Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata Semarang di kampus setempat, Senin (24/10).
Prof Josef mengakui kalau dirinya bersama sejumlah arsitek dan dosen sejumlah PT terus berjuang agar arsitektur nusantara "direstui" oleh ikatan profesi IAI maupun dari asosiasi perguruan tinggi penyelenggara arsitektur Indonesia (APTARI) menjadi mata kuliah yang diajarkan untuk calon arsitek. Indonesia sangat kaya akan bangunan arsitektur nusantara tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selama ini dunia arsitektur Indonesia baik akademisi dan praktisi sudah terlalu lama "salah kaprah" karena menganut arsitektur modern (Barat) untuk dikembangkan di Indonesia meski belum tentu cocok sementara arsitektur nusantara yang sudah terbukti karya luhur leluhur dan sesuai dengan budaya serta bumi Indonesia malahan dilupakan. ( http://www.krjogja.com )