SEMARANG – Perguruan tinggi (PT) diharapkan bisa mendorong mahasiswanya melakukan pendampingan kepada para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Keterlibatan dunia pendidikan diyakini mampu membantu pengembangan bisnis UMKM yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian
“Saat ini, belum banyak universitas yang menerjunkan mahasiswanya melakukan pendampingan ke UMKM. Kami berharap, ada kepedulian dari universitas karena UMKM memiliki peranan penting dalam perekonomian. Ada banyak sekali UMKM di sekitar kita,” ujar Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, Litani Satyawati usai membuka Expo dan Workshop Kuliah Kerja Usaha (KKU) “Membangun Mitra UMKM yang Mandiri” di Unika Soegijapranata, Selasa (6/12).
Litani mengapresiasi kegiatan KKU yang dilakukan mahasiswa Unika dengan melakukan pendampingan kepada seratusan lebih UMKM di Kota Semarang ini. Ia berharap, mahasiswa di universitas lain bisa melakukan hal serupa.
Saat ini, ungkap Litani, di Kota Semarang ada sekitar 11 ribu UMKM. Menurut dia, pemerintah membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, salah satunya dari kalangan PT. “Mahasiswa bisa terjun mengaplikasikan, menerapkan ilmu yang diperoleh ke pelaku UMKM. Bisa membantu mereka, mendampingi mulai dari aspek pemasaran, produk, dan manajemen,” tambah dia.
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Soegijapranata Prof Dr Andreas Lako menyatakan, kegiatan KKU pendampingan pelaku UMKM sudah dilaksanakannya sejak 2000 lalu. Mahasiswa melakukan pendampingan dari semua aspek, mulai manajemen, desain produk, pemasaran, dan inovasinya.
“Sebelum melakukan pendampingan, mahasiswa melakukan visibility study lebih dahulu, kemudian merumuskan program pendampingan yang akan dilakukan,” jelasnya.
Masing-masing memiliki program yang berbeda, tergantung persoalan dan kendala UMMK di lapangan. “Kami juga menggandeng perbankan untuk memfasilitasi UMKM mendapat kemudahan bantuan permodalan,” tandas Lako.
Salah satu pelaku UMKM yang memperoleh pendampingan, Kristiono (48) menyatakan mendapat manfaat yang besar dari program KKU. Pedagang bakmi dan nasi goreng “Semarang” ini mengatakan, usaha yang ditekuninya, saat ini semakin berkembang. “Dulu kalau ada yang beli untuk dibawa pulang, saya hanya memakai kertas minyak untuk membungkus mi atau nasi goreng yang dipesan. Sekarang memakai paper bowl (mangkok kertas-Red), berdasarkan masukan dari teman-teman mahasiswa Unika Tampilan desainnya lebih menarik, efektif,” kata pedagang yang membuka kedai di Gisikdrono, Pamularsih ini.
Ia optimistis, dagangannya semakin laris, setelah ada inovasi kemasan itu. Terlebih saat ini, isa dan tim mahasiswa dari Unika juga berinovasi pada diferensiasi rasa tingkat kepedasan berlevel bakmi dan nasi goreng yang dijual. Mulai dari pedas suwung, cemen, sumuk, dan gobyos pol. (Suara Merdeka 7 Desember 2016 hal. 23, http://berita.suaramerdeka.com)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi