Kemenristekdikti melihat selama ini masyarakat Indonesia senang memiliki organisasi yang gemuk, termasuk di kalangan pendidikan dan perguruan tinggi. Menristekdikti ingin ke depannya organisasi lembaga pendidikan tinggi atau perguruan tinggi (PT) bisa lebih ramping. Misalnya sedang dipikirkan apakah perlu wakil rektor dan wakil dekan sampai 4 orang serta jabatan-jabatan lainnya.
Hal tersebut disampaikan Menristekdikti Prof Moh Nasir Akt PhD saat mengisi acara pembukaan "Pertemuan Forum Rektor Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) Indonesia" yang diselenggarakan oleh Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang di kampus setempat, Jumat (9/12). Pertemuan yang dibuka Rektor Unika Soegijapranata Prof Dr Ir Y Budi Widianarko Msc dan Koordinator Forum Rektor APTIK Yohanes Eka Priyatma PhD ini dihadiri 18 pimpinan perguruan tinggi (PT) katolik se-Indonesia.
Pada kesempatan itu Menteri juga menyampaikan kebijakan terkait PT vokasi dimana pemerintah berharap banyak pada PT Vokasi sebagai salah satu upaya peningkatan tenaga kerja dengan skill tinggi (skill worker) sebagai upaya peningkatan daya saing bangsa. Bila PT memiliki prodi atau jurusan vokasi sebaiknya dijadikan sekolah vokasi di bawah pengawasan rektor, dan kalau sudah besar di spin off (dipisah) untuk berdiri sendiri menjadi PT Vokasi misalnya Politeknik atau sejenisnya.
Lebih lanjut menurut Prof Nasir, Kemenristekdikti saat ini sedang merevitalisasi pendidikan tinggi vokasi seraya memperbanyak jumlahnya seperti halnya di Cina yang 60 % lebih perguruan tingginya vokasi. Sehingga Cina bisa kuat di bidang tenaga kerja ber skill tinggi dan bisa memajukan industri di negara tersebut. Selain itu perlunya Indonesia memperbanyak dosen vokasi dengan latar belakangan dari kalangan industri agar mahasiswa betul-betul siap kerja saat lulus. ( http://krjogja.com/web )