SETIAP tahun pemerintah selalu mengadakan pemilihan dosen berpresentasi yang dilaksanakan berjenjang, dari perguruan tinggi, kopertis, sampai Dirjen Dikti.
Penghargaan diadakan dalam rangka memberi pengakuan kepada dosen yang secara nyata melakukan kegiatan Tri Dahrma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Ridwan Sanjaya, SE SKom MS IEC adalah salah satu staf pengajar dari Jawa Tengah yang akhirnya lolos ke tingkat nasional pada tahun ini.
Dilihat dari rekam jejak aktivitasnya, dosen Unika Soegijapranata Semarang ini bukanlah orang baru yang muncul tiba-tiba. Meskipun usianya masih tiga puluh tahun, aktivitasnya di bidang penulisan buku-buku teknologi informasi telah dimulai sejak 2001.
Sejak masih duduk di bangku kuliah, menulis di surat kabar sudah sering dilakoninya. Bahkan sampai saat ini Ridwan menjadi pengasuh Konsultasi Internet setiap minggu pada Rubrik Konek Suara Merdeka edisi Minggu, selain sebagai kontributor aktif artikel-artikel di dalam rubrik yang sama.
“Banyak orang bilang, jadi pendidik di negeri ini tidak bisa kaya. Tapi semua rezeki berasal dari Tuhan. Bekerjalah sesuai porsi kita dan berbagilah dengan apa yang kita bisa, hal yang lain akan dipenuhi oleh-Nya,” ujar Ridwan.
Lebih dari 30 judul buku karyanya memperoleh penghargaan lebih dari dewan juri dalam pemilihan dosen berprestasi di tingkat Kopertis VI Jawa Tengah.
Kebiasaan Membaca
Kebiasaan membaca ketika kecil menjadi salah satu latar belakang hobinya menulis. Ayahnya, Gunadharma Halim, adalah salah satu agen Suara Merdeka di Demak. Tidak heran, tidak kurang dari empat surat kabar tersedia setiap harinya. Membaca surat kabar dan majalah yang tersedia merupakan aktivitas yang tidak bisa dihindarinya.
Namun tidak secara otomatis hal itu membuatnya bisa menulis dalam bentuk buku. Salah satu pakar internet Indonesia, Onno W Purbo, adalah salah seorang yang berpengaruh dalam memulai aktivitas penulisan.
Kini di tengah kesibukannya sebagai Dekan Fakultas Ilmu Komputer (Ikom) Unika Soegijapranata, ia juga masih dapat meluangkan waktunya untuk menulis buku dan artikel di Suara Merdeka. Selain karena hobi, ada perasaan yang hilang ketika tidak menulis. “Jika Anda tidak bisa berbagi uang, berbagilah pengetahuan,” katanya menutup pembicaraan. (Suara Merdeka, Senin 13 Agustus 2007, halaman Pendidikan)