“Pada awal e-commerce, saya telah mengamati betapa mudahnya e-commerce berjalan dengan lancar di luar negeri karena hal pendukung seperti infrastruktur dan trust (kepercayaan) telah dibangun. Sementara di Indonesia, e-commerce berjalan kurang mulus karena pada masa awal, Indonesia telah mendapat “stempel” carder no. 1 di dunia. Jadi, kalau mau membayar dengan kartu kredit Indonesia, langsung dianggap sebagai penipuan. Yang saya lihat memang saat itu, fasilitas internet di Indonesia memang belum maju, selain itu fasilitas pengiriman waktu itu juga belum modern. Namun seiring berjalannya waktu masuklah Bank Mandiri dan Telkom dalam Financial Technology (Fintech) yang akan membentuk puzzle yang komplit” tutur Ridwan Sanjaya selaku Wakil Rektor IV Unika Soegijapranata dalam sambutannya.
Unika bekerjasama dengan Media Bisnis Indonesia dan Bank Mandiri mengadakan Focus Group Discussion yang membahas topik “Tantangan Wirausaha Muda dalam Mengembangkan Financial Technology” bertempat di Ruang Rapat lantai 4 Gedung Michael Unika Soegijapranata pada Kamis (22/12) dengan mengundang beberapa narasumber antara lain : Maqin Noorhadi (Regional CEO VII Bank Mandiri Cabang Jawa Tengah dan DIY); Rizal Kasim (Pemenang Wirausaha Mandiri 2015); Prof. Andreas Lako (Guru Besar FEB Unika Soegijapranata); Arnaz Agung Andrasmara (Ketua KADIN Kota Semarang).
Saat ini, begitu banyak fasilitas belanja dan pembayaran yang tersedia dan sangat menarik. “Make Money for Our Life” begitu istilah yang dipakai oleh Maqin Noorhadi sebagai narasumber yang mengulas tentang kemanfaatan Financial Technology dalam kehidupan manusia modern dewasa ini.
Sedangkan yang di maksud Financial Technology adalah perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknologi untuk membuat sistem keuangan menjadi lebih efisien. Pada dasarnya Financial Technology terbagi menjadi beberapa tipe, berdasarkan layanan yang mereka sediakan. Ada perusahaan yang menyediakan jasa transfer uang seperti misalnya Squarecash, Venmo, TransferWise dan di Indonesia ada VeryFund. Ada fintech yang menyediakan jasa purchasing seperti misalnya Google Wallet, Paypal dan Square Order, dan di Indonesia ada Moka. Ada fintech yang menyediakan jasa tracking of spending seperti misalnya Bill Guard, DollarBird, dan di Indonesia ada Jojonomic. Ada fintech yang menyediakan investasi seperti misalnya Wealth Front, Betterment, dan di Indonesia adalah Bareksa.com. Ada yang menyediakan jasa borrowing seperti misalnya Prosper, Lending Club, Affirm dan di Indonesia ada Uang Teman.
Peran Pengusaha Dalam Perekonomian
“Tidak ada suatu negara maju yang tidak didukung oleh pengusaha, minimal 2 % populasi penduduk harus berprofesi sebagai pengusaha. Data menunjukkan negara maju seperti Amerika Serikat dan Singapura, jumlah penduduk yang berprofesi sebagai pengusaha telah lebih 5 % dari populasi penduduk. Di Indonesia, yang terjadi penduduk yang berprofesi pengusaha tidak sampai 2 % dari populasi penduduk, hampir semua lulusan perguruan tinggi ingin jadi pegawai. Akibatnya, di negara ini hampir tidak memiliki generasi yang tidak bisa memproduce sesuatu yang dapat menggerakkan ekonomi. Oleh karena itu perlu di dorong kelas ekstrakulikuler bisnis dalam dunia pendidikan supaya sejak kecil kita terinspirasi untuk menjadi pengusaha. Hal lain, negara yang maju tidak hanya dipengaruhi oleh prosentase pengusaha tetapi juga harus didukung dengan perbankan yang kuat mengingat perannya yang sangat intermediary terhadap perekonomian,” jelas Maqin.
“Mengenai Financial Technology di Indonesia, transaksi menggunakan Financial Technology hanya berkisar 0,6% secara keseluruhan, padahal penduduk Indonesia sekitar 260 juta jiwa sehingga peluang untuk memasuki industri Financial Technology masih besar untuk kegiatan payment. Saya sendiri cukup surprise dengan produk Financial Technology asli dari Indonesia seperti GO-JEK dan Blibli, karena potensi market kita sangat besar. Apabila dari 260 juta jiwa, tingkat melek internet mencapai presentase 40%, kita sudah mengalahkan penduduk Malaysia, Singapura, Thailand dan Eropa. Namun, apabila budaya dan ketertarikan kita akan Financial Technology rendah, nanti orang lain yang akan mengambil pasar kita atau yang biasa disebut perusahaan Startup Financial Technology. Artinya, perusahaan tersebut tidak harus didirikan di Indonesia tapi membidik pasar Indonesia” tambah Maqin.
Seperti diutarakan Maqin, Bank Mandiri sendiri memiliki program Wirausaha Muda Mandiri yang diadakan setiap tahun oleh CSR Bank Mandiri yang memfasilitasi para mahasiswa baik tingkat sarjana maupun magister yang memiliki minat dalam bidang wirausaha. Pemenang dari wirausaha mandiri akan mendapatkan pembinaan dan modal dari Bank Mandiri. Selanjutnya, pemenang juga akan mendapat training mengenai cara berwirausaha dan dalam awal-awal masa wirausaha akan didampingi oleh Bank Mandiri.
“Mengenai hal Financial Technology, kendala yang dialami oleh UMKM banyak menyangkut soal pembiayaan. Saat ini model peminjaman bank masih secara peer-to-peer lending. Bank juga memiliki syarat bagi si peminjam dimana usaha yang dimiliki harus sudah berjalan minimal 1 tahun. Itulah sebabnya, menurut saya bank dianggap pelit terhadap konsumennya sendiri” tegas Arnaz narasumber dari KADIN Kota Semarang. (Cal)
Pembekalan Ormawa: Sidang RKT dan Sidang Anggaran FEB SCU Periode 2024/2025
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Soegijapranata Catholic University (SCU) sukses