Pengamat Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, mengatakan kota yang sukses dimulai dari lingkungan pejalan kaki yang memadai. Kota-kota di negara maju memiliki jalan-jalan yang nyaman untuk berjalan kaki.
"Kita semua adalah pejalan kaki. Berjalan kaki adalah cara yg paling alami, terjangkau, dan sehat untuk bepergian. Namun memerlukan lebih dari sekedar tungkai dan kaki. Berjalan kaki membutuhkan jalan yang nyaman, sebagai instrumen dasar kota yang berkelanjutan," kata Djoko Soetijowarno kepada Republika, Rabu (14/12).
Djoko menerangkan, lingkungan berjalan kaki yang baik harus melindungi para pejalan kaki dari kendaraan bermotor. Trotoar harus disediakan, bebas hambatan, berkesinambungan, teduh, dan terang.
Singapura terkategori wilayah yang dekat dengan khatulistiwa. Namun, lanjut Djoko, warga di sana terbiasa berjalan kaki karena fasilitas pejalan kakinya nyaman dilindungi pepohonan yang rindang, sehingga tidak terasa begitu panas melewatinya.
Ia menambahkan, penyeberangan harus dibuat lebih aman dengan membuat rambu-rambu penyeberangan yang jelas bagi pejalan kaki, lapak tunggu, dan pelebaran kerb guna mengurangi jarak penyeberangan.
Menurut Djoko, aksesibilitas bagi penyandang disabilitas juga harus diberikan. Seringkali penyandang disabilitas kesulitan menggunakan trotoar, karena dipasang tiang penghalang setinggi 1 meter. Tiang penghalang tersebut dimaksudkan untuk menghalangi penyalahgunaan trotoar sebagai jalur berkendara sepeda motor.
Ia menyarankan pemasangan portal S sebagai solusi masalah tersebut. "Agar penyandang disabilitas dapat menggunakan trotoar, tetapi pesepeda motor terhalang, dapat memasang portal S," ujar Djoko Soetijowarno. ( http://www.republika.co.id )