TIAP orang pasti pemah mengalami yang namanya kesasar atau tersesat. Namun apa jadinya apabila kejadiannya di negeri orang. Hal itu dialami Stephani Inggrit Swastini Dewi.
Mahasiswa semester IX Jurusan Teknologi Game Universitas Katholik Sugijapranata itu pernah tersesat di Taiwan. Pengalaman itu didapatkan perempuan berambut sebahu tersebut saat mengikuti program pertukaran mahasiswa di Universitas Providence Taiwan.
Saat itu, Stephani dan empat temannya beda negara membeli tiket bus jurusan Kooshiung ke Tainan. Namun, karena bahasa Inggrisnya petugasnya kurang, Stephani dan kawan-kawan malah mendapatkan tiket ke Chiayi.
"Padahal waktu itu sampai dibantu delapan orang warga setempat, salah satunya bisa berbahasa Inggris. Tapi saat mengecek di map, lah kok jauh banget. Akhirnya, saya beli tiket lagi di Chiayi ke Tainan," tutur kelahiran Bekasi 11 Agustus 1994 itu.
Pengalaman lucu itu membuat dia suka tersenyum-senyum sendiri. Dari situ, putri pertama pasangan Antoni dan Louisa tersebut menyadari betapa penting bahasa sebagai alat komunikasi antar manusia.
Di akhir masa perkuliahannya, pemilik akun Instagram @stephani inggrit itu membuat game jenis visual novel di skripsinya. Game tersebut nanti membantu pelajar menentukan jurusan saat kuliah. Dengan begitu, anak-anak SMA tak perlu bingung saat masuk perguruan tinggi.
"Saya dari kecil sudah suka main game sama adik, dan tak begitu memperhatikan dunia luar. Jadi pas kuliah dulu juga agak bingung, karena mau daftar Sastra Jepang tidak diterima. Kemudian saya coba Game Teknologi di Unika, setelah di tengah jalan ternyata cocok. Bikin skripsi sebenarnya dari pengalaman bingung waktu mau kuliah," jelas warga Jalan Gajah Raya 16 Siwalan, Kecamatan Gayamsari, Semarang itu. (Suara Merdeka 10 Januari 2017)