Pemberlakuan jalur satu arah di sejumlah jalan protokol untuk mengurai kemacetan arus lalu lintas di Kota Semarang kemarin berjalan kacau. Puluhan kendaraan terjebak kemacetan di Jalan MH Thamrin yang merupakan salah satu dari tiga ruas jalan yang diberlakukan sistem satu arah.
Kemacetan yang terjadi di jalan tersebut dari ujung utara sampai Jalan Pandanaran. Kemacetan bisa di katakan cukup parah apa lagi pada sore hari. Kondisi serupa juga terjadi di Jalan Depok. Di ruas jalan ini terjadi penumpukan kendaraan karena Jalan Depok menjadi rute tercepat dari Jalan Wahid Haysim, Pasar Johar dan Pecinan yang hendak menuju Simpanglima melalui Jalan Thamrin.
Selain karena semakin banyaknya kendaraan yang melintas di Jalan Depok, kemacetan juga disebabkan adanya parkir kendaraan sepeda motor maupun mobil di jalan sepanjang kurang lebih 200-300 meter itu. Posisi parkir di jalan itu menyerong sehingga memakan badan jalan yang memang sudah sempit.
Kemacetan tersebut dikeluhkan banyak pengguna jalan. Mereka menilai pengalihan jalan untuk sistem satu arah perlu dikaji ulang. “Hari pertama penerapan satu arah malah macet jalannya,” kata Yusuf, salah satu pengguna jalan. Pengguna jalan lain, Ang ling mengaku, kemacetan juga terjadi di Jalan Pandanaran dari arah Simpanglima.
“Tadi (kemarin), saya lewat Jalan Pandanaran dari Simpanglima macet, lampu merah di depan KFC cuma sebentar akhir terjadi penumpukan kendaraan,” ucapnya. Selain kemacetan, pemberlakuan sistem satu arah juga memunculkan maraknya parkir liar. Tiga ruas jalan yang diterapkan jalur satu arah, seperti Jalan Gajah mada, Jalan Thamrin, dan Jalan Ahmad Dahlan tak lepas dari parkir liar.
Di Jalan Gajahmada, misalnya, mulai perempatan lampu merah Kampung Kali ke utara sampai Jalan Pemuda banyak mobil yang parkir di bahu jalan. Padahal sebelum diberlakukan sistem satu arah, sangat minim adanya parkir di jalan raya. Kalaupun ada parkir di jalan hanya ketika hari-hari tertentu, itu pun hanya di sekitar Gereja Bethel Indonesia.
Kondisi tak jauh berbeda dijumpai di Jalan Thamrin mulai pertigaan antara Jalan Pemuda dan Jalan Depok, sampai lampu merah Jalan Pandanaran banyak kendaraan yang diparkir di pinggir jalan. Sementara itu, pada hari pertama pemberlakuan jalur satu arah, puluhan petugas dari Dinas Perhubungan dan Satlantas Polrestabes Semarang disebar di sejumlah titik untuk melakukan penjagaan.
Mereka bertugas mengarahkan pengguna jalan supaya mengikuti rute sistem satu arah. Sebab, masih banyak pengendara yang belum tahu pemberlakuan satu arah tersebut. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang Tri Wibowo mengatakan, sebagai tahap awal pemberlakuan sistem satu arah, pihaknya akan terus menempatkan petugas untuk di sejumlah titik untuk menginformasikan kepada masyarakat.
“Tadi (kemarin), kita bersama Polrestabes Semarang sudah mulai membuka jalur satu arah mulai pukul 09.00 WIB, dan seperti biasa masyarakat masih banyak yang belum mengetahui. Oleh karena itu, kita tempatkan petugas di beberapa titik,” katanya. Disinggung terkait dengan kondisi kemacetan yang terjadi di Jalan Depok dan Jalan Thamrin, Tri Wibowo mengaku merupakan hal biasa karena masyarakat belum terbiasa dengan sistem satu arah.
“Dalam tiga hari ini tentu arus lalu lintas di tiga ruas yang diberlakukan satu arah, tidak akan normal seperti biasanya, tapi nanti setelah terbiasa akan bisa dilihat manfaatnya,” ucap Tri Wibowo. Terkait dengan parkir yang ada di sepanjang jalan, pihaknya akan segera melakukan penataan. Petugas tidak akan membiarkan jalan satu arah justru dimanfaatkan untuk parkir.
“Kita akan tata semua, jangan sampai sudah dijadikan satu arah justru tumbuh parkir liar yang mengganggu arus lalu lintas,” katanya. Pengamat transportasi Universitas Soegijpranata (Unika) Semarang Djoko Setijowarno mengatakan, kebijakan arus searah bertujuan untuk melancarkan laju arus kendaraan bermotor.
Menurut dia, penerapan sistem satu arah akan ada banyak gangguan samping atau side friction yang bisa menghambat gerak kendaraan. Gangguan samping yang cukup besar pengaruhnya, yaitu aktivitas parkir di tepi jalan. Parkir di tepi jalan menyita ruang jalan sekitar 30-50% kapasitas jalan yang ada.
Kerugian yang ditimbulkan tidak sebanding dengan pendapatan dari retribusi parkir yang diterima. “Untuk mengurangi aktivitas parkir tersebut maka harus dibuatkan kantong-kantong parkir,” ucapnya. (http://www.koran-sindo.com)