Pagi ini (20/11) tidak ada kuliah seperti biasanya untuk mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Unika Soegijapranata. Sebagai gantinya, diadakan ‘general lecture’ yang mengambil tema ‘The Lord’s Prayer and Ten Commandments in Seventeenth-Century Malay”.
“Dalam kuliah umum ini, kita diajak untuk memahami lebih dalam bagaimana doa Bapa Kami dan Sepuluh Perintah Allah diterjemahkan. Terjemahan itu tak bisa dilepaskan dari bagaimana makna doa itu diinterpretasikan,” tutur Cecillia Murniati yang menjadi moderator dalam kuliah ini.
Hadir sebagai pembicara adalah Prof. Dr. Yudha Thianto. Beliau sudah tinggal di Amerika Serikat selama kurang lebih 22 tahu karena menjadi salah satu pengajar di Trinity Christian College, Chicago – USA.
“Dengan memahami interpretasi doa Bapa Kami dan Sepuluh Perintah Allah ini, selain memahami maknanya, harapannya kita bisa mendoakan dengan hati,” tutur pengajar fakultas Teologi ini.
Dalam penjelasannya, Prof. Yudha menjelaskan interpretasi terjemahan yang tertulis dalam ‘Souvrat A.B.C’ yang diterbitkan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda pada tahun 1611. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa bahasa Melayu dekat dengan bahasa Indonesia modern. Oleh sebab itu, meskipun penulisannya berbeda, akan ditemukan persamaan ketika kata itu diucapkan. “Ada sesuatu yang sama namun berbeda dalam satu waktu,” lanjut alumnus salah satu universitas negeri di Semarang ini.
Sebagai informasi juga, kuliah umum ini seluruhnya menggunakan bahasa inggris sebagai pengantar. (teo)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi