Sebanyak 300 mahasiswa Unika Soegijapranata Semarang semester 6 selama hampir 3 bulan ke depan menjalani kuliah kerja usaha (KKU) di sejumlah kelurahan pinggiran kota Semarang. Didampingi sejumlah Dosen Pembimbing Lapangan DPL) dan sejumlah mahasiswa senior (pendamping), mereka dilepas Wakil Rektor I Unika Soegijapranata Dr Augustina Sulastri SPsi Psi dan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Prof Dr Andreas Lako, Selasa (04/04/2017).
“Unika Soegijapranata tetap memegang teguh amanah terkait pengabdian kepada masyarakat lewat program KKN, KKU atau sejenisnya. Unika masih menerapkan KKN sebagai salah satu mata kuliah wajib sementara sejumlah perguruan tinggi swasta ada yang sejak awal era reformasi 1998 lalu menghapus KKN dengan berbagai alasan, meski ada pula mereka akhirnya menyesali dengan keputusan penghentian KKN bagi mahasiswanya. Banyak manfaat baik bagi masyarakat dan bagi mahasiswa bila mengikuti program KKN, KKU atau sejenisnya sebagai ajang interaksi dan pengabdian mahasiswa atau kampus kepada masyarakat. Lewat kegiatan seperti KKN dan KKU pula, banyak karakter yang baik termasuk peduli pada sesama terbentuk di hati mahasiswa” ungkap WR I Unika Soegijapranata Dr Augustina Sulastri.
Sedangkan Kepala LPPM Unika Soegijpranata Prof Dr Andreas Lako dan Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (KP3M) LPPM sekaligus penanggungjawab kegiatan KKU Rudy Elyadi SE MM menyatakan 300 mahasiswa KKU selama sekitar hampir 3 bulan melakukan pendampingan, pembinaan dan membantu UMK (usaha mikro dan kecil) agar bisa berkembang dan semakin luas pemasarannya. Termasuk pula mahasiswa memberi pelatihan dan pendampingan pengembangan usaha, mendapatkan modal lunak dari bank dan pemerintah serta upaya lain terkait pengembangan usaha masyarakat.
Mereka diterjunkan ke wilayah Kec Gunungpati (12 mitra), Kel Kemijen (12 mitra), wilayah Sambiroto(12 mitra), wilayah Krapyak (10 mitra), Kel Tanjung Mas (Tambakrejo) 22 mitra, Kel Gisikdrono (22 mitra) dan Yayasan Kuncup Melati Gang Lombok (20 mitra).
“Para peserta KKU dibagi menjadi 50 kelompok, mereka akan mendampingi 100 mitra usaha (usaha mikro dan kecil). Masalah perkotaan biasanya menyangkut kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Lewat pengembangan UMK maka ketiga masalah tersebut bisa dikurangi karena bila UMK berkembang maka usaha mereka makin menyerap tenaga kerja lebih banyak, kesenjangan berkurang dan kemiskinan berkurang pula. Kami satu-satunya PTS di Semarang dan bahkan di Jateng yang tetap menjalankan KKU selain KKN” ujar Prof Andreas Lako. (►http://www.kampussemarang.com)