Campus Ministry (CM) Unika Soegijapranata mendapat kesempatan untuk melayani tugas koor dalam Misa Novena V di Pertapaan Santa Maria Rawaseneng-Temanggung, Minggu, 2 April 2017. Misa Novena dipimpin oleh Rama FX Sukendar Wignyosumarta, Pr sebagai selebran utama, dengan didampangi para imam konselebran. Tema yang diangkat “Menjadi Keluarga yang Mencintai Budaya Kehidupan dan Melestarikan Keutuhan Ciptaan”.
Campus Ministry atau Reksa Pastoral Kampus ini bergerak dalam bidang pelayanan rohani mahasiswa. CM memiliki berbagai tugas pelayanan kerohanian, baik di dalam maupun di luar kampus. Tawaran dan kepercayaan untuk tugas koor dari Rama Antonius Anjar Daniadi, OCSO disambut baik oleh Campus Ministry. Pada kesempatan kali ini, rombongan petugas koor didampingi oleh Sr. Theresia D. Rosa N. Elsa CM. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk jiwa pelayanan rohani mahasiswa sekaligus mengenal kehidupan habitus seorang rahib di sebuah pertapaan.
Pertapaan Santa Maria Rawaseneng adalah suatu kompleks biara para rahib pria dari Ordo Trapist (OCSO) yang terletak di Desa Ngemplak, Kandangan, di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Menanggapi tugas ini, para anggota CM sangat berantusias, terlebih dalam mempersiapkan diri dengan latihan koor secara rutin setiap harinya. Anggota yang mendaftar terbilang cukup banyak yaitu sekitar 50. Akan tetapi, dikarenakan kuota yang dibatasi dan ada yang bertabrakan dengan agenda lain, para mahasiswa yang berangkat ada 27 orang.
Kegiatan seperti ini juga berguna untuk melatih kesabaran dan ketangguhan para mahasiswa. Hal ini terbukti dalam perjalanan dari kampus Unika menuju ke Rawaseneng. Dalam perjalanan pada hari Sabtu, 1 April 2017, rombongan sudah dihadapkan pada situasi macet. Waktu tempuh ke Pertapaan Santa Maria Rawaseneng memakan waktu 4 jam 20 menit karena macet. “Ketika hal ini terjadi, awalnya kami merasa kecewa, tetapi rasa kecewa itu hilang ketika setiap pribadi berusaha untuk menghibur satu dengan yang lain. Penghiburan inilah yang memberikan daya dan semangat lagi”, tutur Vio.
Sebagaimana agenda yang dirancang pihak pertapaan, rombongan diminta sudah datang hari Sabtu sore. Kegiatan selama di pertapaan dikemas cukup menarik, meliputi gladi bersih koor, ikut ibadat di kapel bersama para rahib, Misa Novena V, tour mengelilingi kawasan pertapaan (museum, kandang sapi, tempat pengolahan susu, dan makam). Sesampai di Pertapaan, rombongan disambut dengan hangat oleh Fr. Siprianus, OCSO dan Fr. Mario, OCSO yang diutus untuk mendampingi anggota CM selama berdinamika di Rawaseneng. Tanpa membuang-buang waktu, anggota CM langsung melakukan gladi bersih koor karena mengingat waktu yang tersedia sangatlah terbatas.
Pada saat gladi bersih, anggota CM mendapatkan beberapa kritik dan saran yang berguna dalam bernyanyi. Mereka ingin Campus Ministry menampilkan yang terbaik. Bernyanyi itu harus dengan hati, bukan hanya sekedar membuka mulut dan mengeluarkan suara saja. Dengan menggunakan hati, kita bisa merasakan suara yang keluar dari mulut dan bisa mengontrol tinggi rendahnya nada. Selama gladi bersih, anggota CM mendapatkan banyak ilmu dari para frater, terlebih dalam hal bernyanyi seperti teknik vokal yang baik, pelafalan bahasa latin yang benar, dan menyanyikan lagu Gregorian versi asli.
Menyayangi Kehidupan
Keesokan harinya, di Taman Doa Pertapaan diadakan Misa Novena V yang dipimpin oleh Rama FX Sukendar, Pr. Ia didampingi Rama Abbas pimpinan pertapaan dan para rama yang lain. Banyak umat yang hadir dari berbagai tempat. Dalam khotbahnya, Rama Sukendar mengajak agar keluarga mencintai budaya kehidupan. Keluarga yang seperti itu adalah keluarga yang mampu mempunyai toleransi terhadap keberagaman.
“Seorang filsuf mengatakan bahwa “Kehidupan yang baik itu terjadi di saat aku bisa melihat kamu sebagai aku yang lain atau aku bisa merawat kamu seperti aku merawat diriku sendiri”. Dengan kesadaran seperti ini, saya merasa toleransi dapat ditegakkan”, tutur Rama Sukendar.
Rama Sukendar juga membahas katekese mengenai tindakan aborsi dengan segala konsekuensinya, terlebih mengaitkan dengan motto tahbisan uskup KAS yang baru yaitu Mencari dan Menyelamatkan. Semuanya menjadi satu padu yang mengarah dan membentuk Kerajaan Allah dalam dunia ini. Mencari dan Menyelamatkan menjadi sebuah motto yang mendorong setiap orang untuk mencari domba-domba yang hilang dan menguatkan iman.
“Kita masih sering mendengar berita kekerasan dalam keluarga, lalu juga adanya ujaran kebencian di media sosial. Dan saya di keuskupan punya tugas merekap dosa-dosa umat se-keuskupan ketika pengakuan dosa menjelang Paskah dan Natal. Di situ saya masih melihat adanya tindakan aborsi. Inilah bentuk kecil yang tidak mencintai budaya kehidupan dan tidak melestarikan keutuhan ciptaan. Mari mulai sekarang kita lebih menyayangi dan menghormati sesama kita. Kalau ada kesalahan ya dinasihati, kalau benar ya orang tersebut diberi penghargaan”, ajak Rama Kendar, sapaan akrabnya.
Dengan menggunakan alunan musik keyboard dan menyanyikan lagu-lagu prapaskah dengan bahasa latin, para anggota Campus Ministry mampu membantu umat menciptakan suasana Ekaristi yang khusyuk dan syahdu. Apalagi ditambah suasana alam pegunungan yang masih alami dengan semilir angin dan suara binatang makin menambah sakral dalam misa.
Tour Keliling Pertapaan
Setelah selesai Misa, anggota CM diajak untuk tour mengelilingi lingkungan sekitar Pertapaan. Tour pertama melihat peternakan sapi milik kongregasi OCSO. Saat anggota CM mengunjungi peternakan sapi, teman- teman dihimbau untuk tidak bersuara keras- keras. Hal ini dibuat agar sapi-sapi tidak stres, sehingga sapi tersebut dapat meng
hasilkan susu dengan maksimal. Semua sapi di sana diberi nama agar mempunyai kedekatan secara interpersonal. Akibatnya, setiap sapi selalu menghafal suara-suara yang tertuju kepada sapi tersebut. Ada yang namanya Monika, Paulina, Kristina, Agnes, dsb.
Tour kedua berkunjung ke makam para Rahib, dan Tour ketiga berkunjung ke pabrik pengolahan Susu milik Kongregasi OCSO. Semua susu yang diolah menjadi produk susu yang dikemas dalam bentuk botol. Semua ini dikelola oleh para rahib dan para karyawan.
Betapa Indah karya ciptaan-Mu, Tuhan. Itu kalimat yang muncul. Pengalaman pelayanan di Pertapaan Rawaseneng menjadi pengalaman yang berharga. “Selain kami melayani dengan suara kami, kami juga bisa belajar banyak hal terlebih belajar menggali makna dalam kehidupan. Kami sadar ternyata kehidupan para rahibjuga dipenuhi dengan perjuangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, sama seperti kaum awam pada umumnya yang harus bekerja demi mendapat sesuap nasi,” tutur salah seorang mahasiswa.
Betapa Indah karya ciptaanMu menggambarkan kekaguman dalam diri kami agar senantiasa bersyukur di setiap hal-hal yang kami terima sekecil dan sesederhana apapun. Terima kasih Tuhan atas segala kasih dan Karunia-Mu. * (Vionelda Prima Nahak, Daniel Holy M, dan Cornelius Pandu Tri Waluyo)