Bedah Buku ”Mendidik Pemimpin dan Negarawan”
SEMARANG – Seorang pemimpin dan negarawan yang baik akan muncul dari sistem pendidikan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat, dimana pemimpin itu berada. Hal itu mengemuka dalam diskusi membedah buku berjudul ”Mendidik Pemimpin dan Negarawan” di Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Rabu (3/12) sore. Pengarang buku tersebut, A Setyo Wibowo berpendapat, masyarakat Indonesia tergolong feodal. Pendidikan yang cocok bagi masyarakat feodal adalah pendidikan yang mengedepankan sensibilitas.
”Sistem pendidikan yang tidak lagi melahirkan lulusanlulusan yang tidak memiliki kepekaan. Pendidikan yang tidak sekadar transfer ilmu pengetahuan dan cara mengisi otak. Namun pendidikan yang dilakukan sebagai pembudayaan. Memahami nilai, kalau di Indonesia nilai kemajemukan yang harus dipahami,” kata Setyo. Dikatakan dia, pendidikan karakter dalam bahasa dewasa ini, sangat penting. Mengasah sensibilitas melalui pendidikan kesenian, musik hingga gimnastik. Rektor Unika Prof Budi Widianarko menganalogikan dengan konsep pendidikan dalam kisah fiksi Burung Camar Jonathan
Livingstone.
Dikisahkan Livingstone, seekor burung camar diantara kawanan yang terbang rendah mencari makan. Livingstone justru belajar teknik terbang tinggi yang membahayakan dan sepintas tak ada gunanya, karena makanan ada di bawah. Namun Livingstone justru lebih dulu menguasai apa yang tidak dikuasai kawanan serupanya. Livingstone kelak menjadi pemimpin, yang dibentuk dari proses belajar yang
membebaskan.
Dosen Unika, Dhonny Danardono berpendapat, melalui bukunya, A Setyo Wibowo dan Haryanto Cahyadi menunjukkan bahwa pendidikan pemimpin hanya mungkin dalam bentuk pembudayaan. (H89-95)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi