Dipanggil untuk Menjadi Pribadi yang Baru dengan Semangat Sukacita (Called to be Born anew with a Joyful Spirit). Inilah tema Gladi Rohani ke-8. Gladi Rohani tersebut diselenggarakan di Wisma Salam, Muntilan, pada Jumat-Minggu (19-21/5). Campus Ministry Unika Soegijapranata rutin mengadakan kegiatan Gladi Rohani sebagai sarana untuk membuka wawasan dan memupuk iman mahasiswa Katolik akan nilai-nilai spiritualitas Kristiani. Kegiatan ini dimotori oleh OMK Campus Ministry dalam bimbingan Rama Yohanes Gunawan Pr dan Sr Theresia Elsa CM.
Dalam Surat Paulus kepada jemaat di Filipi tertulis demikian, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp 4:4). Kiranya perkataan Santo Paulus ini menjadi sebuah paradigma yang baru bahwa walaupun kita merupakan pribadi yang penuh dengan dosa, seringkali kita menyeleweng dan tidak mengikuti kehendak-Nya, namun kita diajak untuk senantiasa sadar dan mempunyai keinginan untuk memperbaikinya. Tidak ada kata terlambat ketika kita mempunyai suatu kemauan atau kehendak yang kuat untuk melakukan suatu perubahan. Melakukan suatu perubahan itu tidaklah mudah karena membutuhkan proses yang panjang.
Para peserta diajak untuk merenungkan lebih dalam mengenai diri sendiri, orang lain, situasi aktual masa kini dan semangat untuk berubah menjadi pribadi baru yang penuh sukacita. Disadari dunia saat ini diwarnai tantangan yang tidak mudah bagi orang muda. Rama Gunawan memaparkan bahwa ada lima situasi masa kini yang perlu diwaspadai. Apa kelima hal itu?
“Situasi masyarakat kita saat ini diwarnai dunia dengan budaya instan, dunia remote control dan tombol, dunia video klip, dunia aksesoris dan selebritis, serta dunia Generasi Z”, urai Rama Gunawan.
Lebih lanjut dipaparkan, orang muda harus hati-hati dan jeli atas situasi itu. Dunia dengan budaya instan artinya mentalitas cepat jadi dan siap saji tanpa perlu proses. Dunia remote control dan tombol artinya sekali tekan langsung berubah tanpa harus bersusah-susah. Dunia video klip artinya kebiasaan untuk melihat dengan cepat berbagai kejadian tanpa waktu jeda untuk mencerna. Dunia aksesoris dan selebritis artinya kehidupan yang mengutamakan penampilan luar yang wah dan megah serta canggih dan praktis. Dunia Generasi Z (lahir setelah 1998) yaitu Generasi Net dan Gadget.
“John Naisbitt CS menyebut Generasi Z ini sebagai Generasi hi-tech tanpa hi-touch. Konteksnya globalisasi, di mana informasi dapat diakses dengan mudah oleh siapapun kapan puun dan dimana pun”, lanjut Kepala Campus Ministry Unika ini.
Selain Rama Gunawan, hadir sebagai narasumber adalah Sr Isabella SCMM dan Sr Theresia Elsa CM. Pembinaan rohani dan pengembangan kepribadian yang matang menjadi salah satu upaya untuk membekali orang muda. Sadar sebagai pribadi yang berharga di hadapan Tuhan. Relasi dengan Tuhan dan kepedulian pada sesama perlu terus ditumbuhkan.
Ada sesi dimana peserta diutus untuk mewujudkan imannya dengan kegiatan di pasar dan sekitarnya. Ada yang ditolak, ada yang diterima. Ada yang berjualan keliling, ada yang menjadi tukang parkir, ada yang mencari rumput, ada yang menunggu warung, dsb. Bukan hasil yang penting, tetapi proses dan perjuangan merasakan pengalaman bersolidaritas-membantu. Dalam sharing, mereka menyadari bahwa berbuat baik tidak serta merta diterima orang lain. Meski demikian, harus tetap menabur kebaikan. Sentuhan hati dan kepedulian disadari penting ditumbuh kembangkan. Di era teknologi yang makin canggih, manusia sebagai pribadi dan citra Allah harus diutamakan.
Sukacita nampak dalam hati peserta selama mengikuti dinamika acara. Misa pembukaan Gladi Rohani dilaksanakan di Kapel Unika, sesi-sesi dilaksanakan di Wisma Salam. Ada renungan, membaca Kitab Suci Kelompok, aksi solidaritas ke luar kompleks Wisma Salam, sharing kelompok, Jalan Salib kreatif dengan 5 pemberhentian yang ditutup dengan pembasuhan kaki antar peserta dan panitia, outbound, dan Ekaristi syukur.
Sejauh mata memandang dan hati merasakan kehebatan Karya terbesar yang Tuhan berikan. Inilah yang bisa disimpulkan dalam proses dinamika yang terjadi di acara Gladi Rohani yang ke-8. Panitia mengalami sukacita yang terdalam ketika bisa memberikan yang terbaik kepada para peserta. Diibaratkan sebagai seorang pelayan yang sudah berusaha memberikan yang terbaik bagi atasannya. Ketika atasannya merasa bahagia, maka timbul suatu kepuasaan yang dialami oleh sang pelayanan. Apa
bila tidak ada semangat sukacita, kita pasti hanya melulu berhenti pada rasa lelah, kantuk. Tetapi semuanya bisa diproyeksikan agar dapat menjadi pribadi yang baru. Pembaruan dalam diri merupakan sebuah rahmat yang terindah sehingga setiap orang dapat berbenah dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.# Cornelius Pandu Tri Waluyo