Penyanyi Eva Celia tampil manis dalam panggung Soegijazz 2017 di kampus Unika Soegijapranata, Senin (21/8). Wanita berambut cepak itu tampil mengenakan sweater warna putih dan celana kain warna biru muda. Dia juga membawa gitar elektrik berwarna biru muda. Dia berjalan ke panggung bagian depan, tempat pelantang disiapkan untuk bernyanyi.
Dia bersama grup musik mempersembahkan musik jazz yang halus. Musik jazz yang dibawakan memiliki tempo pelan. Mereka mengandalkan kejutan-kejutan dari personel dalam bermain alat musik. Nampaknya, musik tersebut disesuaikan dengan karakter putri pemusik jazz, Indra Lesmana itu. Eva dalam bernyanyi maupun memainkan gitar lebih banyak menunjukkan penjiwaan yang santai. Sesekali Eva memejamkan mata untuk bernyanyi. Sesekali, ia berjoget dengan irama santai.
Eva membuat keanggunan dirinya muncul. ”Sugeng rawuh (selamat datang-Red). Terima kasih, ini pertama kali saya di Soegijazz. Saya akan membawakan beberapa lagu di album saya,” kata Eva sembari senyum.
Penyanyi kelahiran Jakarta, 21 September 1992 ini sudah meluncurkan album musik bertajuk And So It Begins (2016). Lagu-lagu dalam album itu dibawakan dengan balutan musik jazz dengan formasi keyboard, gitar, perkusi, synthesizer, drum. Dalam acara itu, dia juga menyanyikan lagu karya orang lain yang menjadi favoritnya, di antaranya ”Reason” dan ”Against Time”. Selain Eva Celia, bintang tamunya adalah Tohpati Ethnomission.
Proyek grup musik jazz dari pemain gitar dan penulis lagu, Tohpati Ario Hutomo ini, menyajikan musik jazz bernuansa etnik. Formasinya adalah Diki Suwarjiki (suling, slompret), Endang Ramdan (kendang Sunda), Demas Narawangsa (drum), Indro Hardjodikoro (bass), Tohpati (gitar).
Tampilkan Musik Instrumen
”Kami harus bangga terhadap budaya kita, terutama musik tradisional. Buat saya, kendang adalah alat musik yang istimewa. Seharusnya bisa populer seperti tablak dari India,” ucap Tohpati. Komposisi musik ini tidak menampilkan suara vokal. Bahkan saat membawakan lagu karyanya yang dipopulerkan pada 1998 bersama penyanyi Shakila berjudul ”Lukisan Pagi”, hanya ditampilkan secara instrumen. Komposisi yang dibawakan di antaranaya ”Reog”, ”Pelog Rock”, dan ”Janger”. Sementara itu, Soegijazz 2017 digelar mulai pukul 15.00 dengan tema ”Transformasi Inspiratif”.
Pada kesempatan itu, tampil pula Romo Aloysius Budi Purnomo bersama rari sufi, Youniverse (Yogyakarta), grup musik jazz Semarang yang terkenal pada era 1980/1990-an, DAC Band, Nikimuziku, paduan suara Unika Gratia Choir, 5Creation (Jakarta), SavoUr (Semarang), Sannes (Semarang), Isolf (Yogyakarta), dan Diondjokoadi Project (Jakarta).
Acara yang terbuka untuk umum dan gratis. Termasuk coaching clinic Basic Improvisation Keyboard oleh Yusuf (Jazz Ngisorringin), Why IBF (Indonesian Bass Family) oleh Dityo (Profesional, lulusan Sydney Conservatory), Tematik Improvisation Session: Membentuk Rhtym pada Bass dan Slap Basic Intermediate oleh Dion (UPH), Hit Hat Variation and Drum Groove oleh Adi Miracle (Komunitas Drummer Semarang). Pemusik kampus yang diundang untuk tampil, yakni UPH, ISI Yogyakarta, kampus di Semarang, Bandung, serta grup musik gabungan kampus Semarang, dan grup musik gabungan kampus Bandung.
(►http://berita.suaramerdeka.com, Suara Merdeka 23 Agustus 2017)