Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata memiliki rektor baru Ridwan Sanjaya, menggantikan Budi Widianarko, Kamis (31/8). Ridwan akan menjabat sebagai Rektor Unika masa bakti 2017 – 2021.
Bagaimana kiprah Ridwan Sanjaya selama ini?
Sebelumnya Ridwan menjabat sebagai Wakil Rektor Empat Bidang Kerjasama dan Pengembangan Unika Soegijapranata. Ridwan dikenal ahli dalam dunia teknologi.
Disruptive Innovation menjadi era baru dalam dunia pendidikan tinggi. Inovasi tersebut merupakan langkah tepat agar suatu perguruan tinggi agar tidak hilang tergerus oleh perubahan.
Itulah salah satu pemikiran Ridwan Sanjaya, yang akan diaplikasikan dalam memimpin Unika. Ia menjelaskan jika Disruptive Innovation merupakan langkah tepat bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan tinggi agar tidak mati dan hilang oleh perubahan.
Uskup Agung Semarang Robertus Rubiatmoko menandatangani surat keputusan pengangkatan Ridwan Sanjaya (kanan) sebagai Rektor Universitas Katolik Soegijapranata
“Disruptive Innovation mau tidak mau harus dilakukan oleh seluruh perguruan tinggi agar tidak mati atau hilang karena perubahan. Masyarakat Indonesia sekarang sangat dinamis oleh perubahan teknologi,” ujarnya.
Dengan memanfaatkan teknologi, ia berencana menjembatani seluruh civitas akademika Unika dengan industri yang ada di Indonesia.
“Disruptive Inovation sangat bergantung kepada pemanfaatan teknologi. Nantinnya program tersebut dapat menjadi jembatan antara seluruh civitas akademikaUnikayang di dalamnya ada dosen dan mahasiswa dapat langsung terhubung langsung dengan industri. Hal itu memudahkan ketika dalam mencari kerja,” tandas Ridwan Sanjaya.
Ia mengaku telah praktikkan mengenai Disruptive Innovation dan telah diluncurkan pada akhir April 2015 diUnika,satu di antaranya ialah aplikasi Unika Menyapa.
Aplikasi tersebut merupakan jawaban kebutuhan mahasiswa, orangtua dan dosen dalam lingkungan kampus.
Menurutnya, Disruptive Innovation mengenai perubahan dalam sistem pendidikan tinggi tidak langsung menjadi pemenang namun membutuhkan proses untuk terus berkembang menjadi lebih baik.
Ia pun menjelaskan jika Inovasi tersebut dapat mengalahkan inovasi yang telah ada sebelumnya.
“Disruptive Innovation dengan memanfaatkan teknologi tidak langsung jadi pemenang menurut saya itu membutuhkan proses dalam perkembangannya. Seperti contoh inovasi gadget dahulu tahun 2000, gadget berantena sangat banyak digemari. Namun sekarang tergerus oleh perubahan gadget yang stylis,” jelasnya.
Ridwan telah banyak memiliki karya tulis dalam bentuk buku. 108 buku telah ia tulis dan telah diterbitkan melalui penerbit Elex Media Komputindo.
Ia pun mengaku saat masa kecil dan remaja, pria kelahiran 17 Juli 1977 saat berada di daerah Demak tempat dia tinggal semasa kecil hingga remaja, sebelum sekolah ia sempatkan untuk membantu sang ayah mengantarkan koran ke pelanggan. Sedikitnya lima perusahaan koran menjadi alat jualannya.
Dan pada saat remaja, Ridwan dan kakaknya mengantarkan koran ke pelanggan dengan sepeda onthel.
“Minat baca saya tumbuh karena harus tahu lima koran sebelum sampai kepelanggan. Dari situlah akhirnya saya menumbuhkan niat menulis saya,” kenang Ridwan.
Kegemarannya dalam belajar bahasa komputer semasa perkuliahan membawanya hingga meraih gelar S-3 Computer Information System, Assumtion University Bangkok pada 2011.
Sedangkan untuk S1, ia raih dari Program Studi Manajemen Universitas Diponegoro (1995-2001) dan program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Stikubank Semarang (1996 – 2000).
(►http://jateng.tribunnews.com)
Serah Terima Jabatan Ormawa FHK SCU
Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) melaksanakan Serah