Tahun 2018, Provinsi Jawa Tengah akan merayakan pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dengan memilih secara langsung Gubernur Jateng untuk Periode 2018-2023. Kompas Gramedia (KG) dan Tribun Jateng, mengadakan diskusi publik dengan tema ‘Melihat Jawa Tengah 5 Tahun Lalu dan 5 Tahun ke Depan’, di Convention Hall, Hotel Grasia, selasa (12/9).
Hadir dalam diskusi publik ini, 4 pembicara / narasumber yakni Rektor Unika Soegijapranata Prof. Ridwan Sanjaya, pakar ekonomi Unika Soegijapranata Prof. Andreas Lako, Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono dan Managing Director Dafam Hotel Management Andi Irawan.
Perlu ada cara pandangan yang jernih bagi masyarakat Jawa Tengah, untuk melihat kondisi Jateng selama lima tahun ke belakang dan apa yang perlu dilakukan lima tahun ke depan, sebagai dasar mengambil keputusan dalam menentukan pilihan.
Sri Puryono selaku Sekretaris Daerah Jateng mengatakan bahwa Jawa Tengah selama 4 tahun terakhir sudah mengalami progres yang jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Dan peran swasta masih dibutuhkan dalam merealisasi program pemerintah karena jika menjalankan program pemerintah tanpa bantuan swasta, dari pemerintah sendiri akan kewalahan.
“Pendapatan, selama 3 tahun, yakni 2014-2016 ada peningkatan, dari angka 9 sekarang 11 lebih. 3 tahun terakhir mendapat opini wajar dari BPK. Infrastruktur 88,88% jalan di jateng sudah baik, meski kemampuan pemerintah hanya dapat menjalankan 30%, dan 70% nya adalah swasta, makanya pihak swasta sangat membantu kami,” ujarnya.
Jika melihat dari kacamata pendidikan, Indonesia khususnya Jateng, angka partisipasi sekolah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Yang kemudian angka kemiskinan menjadi menurun sekitar 1,85%.
“Angka pengangguran di Jateng menurun, dari tahun 2013 sejumlah 6,01 hingga tahun 2017 dengan jumlah 4,15,” ujar Prof. Ridwan Sanjaya, sebagai pengamat pendidikan dan sebagai rektor muda Unika Soegijapranata Semarang.
Kecemasan Prof. Ridwan terhadap kesenjangan pendidikan di Indonesia juga disampaikan, seperti yang pernah ditulis oleh Prof. Sudaryono dari UGM, bahwa kecemasan pendidikan yang dihadapi sekarang adalah bukan dari background pendidikannya (red: pendidikan perguruan tinggi), akan tetapi pada apa keahliannya bahkan tidak melihat ‘status’ pendidikannya.
“Ada satu kelemahan secara global dalam dunia pendidikan, bahwa dunia kerja itu tidak punya catatan apa-apa ketika para lulusan memasuki dunia kerja. Ketika melamar kerja hanya melihat kertas yang dibawa pendaftar yang kemudian mengkontak ke asal institusi, hanya itu saja,” tambahnya.
Prof. Ridwan juga mengkhawatirkan perihal pendidikan di Jateng, dan masalah korupsi di bidang pendidikan khususnya di wilayah Jateng “Permasalahan sekarang yang dihadapi adalah, apakah ada masalah dan korupsi dalam bidang pendidikan di Jateng ini, karena dari angka korupsi di Jateng, bidang pendidikan lah yang siklusnya meningkat,” tutup Prof. Ridwan.
Prof. Andreas Lako, pakar ekonomi dan Dosen Unika Soegijapranata, mengatakan bahwa kemajuan Jateng, salah satunya infrastruktur, tampak pada pembangunan akses jalan antar desa sebagai penunjang ekonomi rakyat.
“Pertama, apabila berbicara keberhasilan adalah infrastruktur jalan antar desa, itu yang menggerakkan ekonomi di Jawa Tengah. Kedua, penguatan infrastruktur membangun UKM harus dibasiskan kepada kekuatan sektor pertanian. Kemudian kesenjangan pembangunan antar daerah harus bisa di minimalisir dan yang terpenting adalah jangan dikurangi anggaran infrastrukturnya,” jelas Prof. Andreas.
Andi Irawan sebagai Managing Director Dafam Hotel Management sebagai Pengamat Pariwisata, berpendapat bahwa sekarang Jateng sudah bukan lagi wacana, akan tetapi sudah harus merealisasikannya, “Jateng selama ini progres sudah ada, dan dapat dikatakan sangat meningkat, tapi tidak optimum, bukan tidak ada ya. Sekarang benang merahnya adalah komitmen untuk betul-betul mempromosikan secara maksimal Jawa Tengah. Kerja smart dan kerja tuntas yang paling utama,” tandasnya. (adj)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi