Untuk pertama kalinya yang akan berlanjut menjadi rutin setiap Jumat III di masa mendatang, Campus Ministry (Reksa Pastoral Kampus) Unika Soegijapranata Semarang menyelenggarakan English Mass atau Misa dalam Bahasa Inggris.
Sebagai Pastor Kepala Campus Ministry, saya menawarkan kesempatan itu kepada Tim Campus Ministry serta umat yang sebagian besar adalah mahasiswi-mahasiswa, karyawati-karyawan dan dosen Unika Soegijapranata. Ternyata, tawaran itu disambut baik oleh mereka.
Boleh nggak – maaf – merokok sambil berdoa? Jawabnya tentu saja boleh. Saleh banget orang yang melakukannya. Merokok saja sambil berdoa. Tetapi jangan dibalik: Boleh nggak berdoa sambil merokok? Jawabnya pasti: Tidak boleh! Selanjutnya, kata kerja "merokok" bisa diganti dengan yang lain, misalnya "melamun" sambil berdoa, tetapi jangan berdoa sambil "melamun". Dan seterusnya hal yang serupa.
Dalam konteks pemikiran tersebut, tentu, kita boleh belajar bahasa Inggris sambil berdoa, atau beribadah. Kita beribadah dalam bahasa Inggris. Dalam tradisi Gereja Katolik Umat boleh beribadah dan berdoa dalam berbagai macam bahasa, antara lain Bahasa Inggris.
Di desa-desa di Jawa Tengah, Umat berdoa dan beribadah dalam Bahasa Jawa. Ketika saya bertugas menjadi misionaris domestik di Sumatra Utara, tepatnya di Pematangsiantar, beberapa kali saya beribadah dan berdoa dalam bahasa Toba.
Pada musim panas tahun 2002, ketika saya mengikuti Kursus Formator untuk Pendampingan Calon Imam di Italia, tepatnya di Milan dan Roma, setiap hari, kami beribadah dan berdoa menggunakan bahasa yang berbeda. Pada hari Senin menggunakan Bahasa Inggris. Hari Selasa menggunakan Bahasa Perancis, Hari Rabu menggunakan Bahasa Italia. Hari Kamis menggunakan Bahasa Spanyol. Hari Jumat kembali menggunakan Bahasa Inggris. Hari Sabtu menggunakan Bahasa Italia lagi. Sedangkan pada Hari Minggu, kami beribadah dan berdoa dengan menggunakan Bahasa Latin.
Dengan pola pemikiran yang sama, kami, Campus Ministry (Reksa Pastoral Kampus) Unika Soegijapranata Semarang menyelenggarakan ibadah dan doa, yakni Misa Suci dalam berbagai Bahasa dalam sebulan. Memang tidak setiap hari, melainkan hanya pada Hari Jumat saja. Jumat pertama, kedua dan keempat dalam bulan, kami menggunakan Bahasa Indonesia. Hari Jumat ketiga kami menggunakan Bahasa Inggris. Tiga Jumat yang ibadat dan doanya dalam Bahasa Indonesia bisa saja salah satunya diganti ke dalam Bahasa Jawa atau Mandarin. Ini tergantung situasi yang akan datang.
Kami bersyukur bahwa untuk pertama kalinya, pada hari ini (Jumat ketiga, 15 September 2017) kami boleh mengawali pelaksanaan Misa (Ibadat dan Doa) dalam Bahasa Inggris atau disebut English Mass. Seluruh rangkaian tata urutan ibadat dan doa tetap sama dan tidak berubah. Karenanya, andaikan ada yang tidak tahu dan tidak bisa berbahasa Inggris, asal mengikuti dengan setia tahap demi tahap pelaksanaan urutan Misa Suci itu, pastilah yang bersangkutan memahami, merasakan dan bisa menghayati ibadat yang dilangsungkan, kendati dari segi bahasa mungkin tidak mudheng (mengerti dan menangkap).
Nah, di situlah, kami belajar Bahasa Inggris sambil beribadah; bukannya sebaliknya belajar Bahasa Inggris sambil beribadah. Ternyata, cukup banyak juga mahasiswi-mahasiswa, karyawan dan dosen yang tetap mengikuti dan menikmati Misa dalam Bahasa Inggris yang diselenggarakan untuk pertama kalinya pada hari Jumat (15/9/2017) ini. Semoga menginspirasi untuk kian berkembang dalam berkat dan rahmat. Ya beribadah, ya belajar bahasa, tanpa melanggar dan menyalahi aturan. Semoga bermanfaat. Terima kasih. Tuhan memberkati!