Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Universitas Katolik Soegijapranata bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) menggelar seminar mengenai Arsitektur Populis.
Seminar tersebut berguna untuk menanggapi sindiran mengenai arsitektur hanya berpihak kepada masyarakat kaya.
Seminar yang diadakan di ruang Theater Gedung Thomas Aquinas lantai tiga sebagai upaya untuk menguak dan meluruskan kembali pemahaman mengenai arsitektur dapat dipelajari oleh semua kalangan. Seminar tersebut bertemakan ‘Arsitektur Populis dan Tantangan Masa Kini’.
Arsitektur Populis merupakan studi dalam ranah arsitektur yang membangun tempat berteduh yang diperuntukkan bagi rakyat menengah ke bawah.
Ketua panitia seminar ‘Arsitektur Populis dan Tantangan Masa Kini’, Tri Hesti Mulyani mengatakan seminar tersebut untuk menghimpun pemikiran dan saran dari masyarakat.
"Kami adakan seminar sebagai penyelesaian permasalahan mengenai kebutuhan tempat tinggal dan kebutuhan mendesak bagi Indonesia sebagai negara berkembang," ujar Hesti, Rabu (20/09/2017).
Seminar diikuti sekitar 200 peserta diisi oleh tiga pembicara yakni Rudyanto Soesilo dari Unika Soegijapranata, Tjuk Kuswartojo merupakan pendiri Penelitian Lingkungan Hidup Institut Teknologi Bandung dan PrIe GS merupakan budayawan asal Semarang.
Rudyanto Soesilo mengungkapkan arsitektur yang tercatat di sejarah hanya arsitektur yang megah.
"Paradigma studi arsitektur lebih mengarah ke mewah dan besar. Tanpa pernah merangkul kalangan bawah. Kami ingin meluruskan itu dengan seminar ini. Studi arsitektur terkenal gemerlap dan mewah, orang tua juga menyekolahkan anaknya di progdi karena hal itu. Unika memberikan pilihan dengan adanya progdi arsitektur populis," ungkap Rudyanto.