“Sejak tahun 2000, Fakultas Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata telah mengembangkan Teknologi Pengeringan Solar Tunnel Drying. Adapun di tingkat dunia, Teknologi Pengeringan Solar Tunnel Drying pertama kali dikembangkan oleh University of Hohenheim, Stuttgart, Jerman. Awal tahun ini, Fakultas Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata mengirimkan penawaran kerjasama dengan University of Hohenheim dalam bentuk sharing pengalaman dan penelitian yang telah dilakukan di University of Hohenheim dan disetujui” ujar Dr. V. Kristina Ananingsih, ST., MSc selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan dosen Fakultas Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata.
Adapun kerjasama tersebut dilaksanakan dalam bentuk Workshop “Drying Technology for Tropical Countries” yang diadakan dari hari Rabu (27/9) hingga Kamis (28/9) bertempat Ruang Seminar, Gedung Albertus Lantai 2, Unika Soegijapranata.
Dalam 2 hari pelaksanaan workshop tersebut, hadir 3 orang narasumber yaitu Prof. Dr. Joachim Müller (Agricultural Engineering in the Tropics and Subtropics, University Of Hohenheim) yang membawakan materi ‘State of The Art in Agriculture Drying Technology, Solar Drying, Sorption and Drying Behavior of Agricultural Products, Measurements at The Solar Tunnel Dryer’; Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, MSc. yang membawakan materi ‘Application of Solar Drying for Herbs and Rhyzomes’; dan Novita Ika Putri, S.TP. , MSc. yang membawakan materi ‘Determination The Qualities and Shelf Life of Dried Food’.
Macam-macam Teknologi Pengering
“Di Benua Eropa dan Amerika, Industri pengolahan hasil pertanian banyak memakai Teknologi Pengeringan Belt Dryer dimana dalam hasil pertanian yang akan dikeringkan disalurkan melalui Belt Conveyor bertingkat dan dikeringkan dengan udara yang telah melewati pemanas dari bawah Belt Conveyor. Akan tetapi, alat ini tidak disarankan untuk industri pengolahan hasil pertanian berskala kecil karena harganya yang terlalu mahal disebabkan pengaplikasian alat yang membutuhkan listrik dalam jumlah besar dari sistem conveyor yang disusun bertingkat dan tentunya alat ini hanya cocok jika digunakan untuk hasil panen dalam jumlah besar. Di Jerman, kami juga mengembangkan Belt Dryer dalam bentuk yang lebih sederhana, yang kami sebut Flat Belt Dryer. Kami lebih menyarankan menggunakan alat ini karena kemampuan alat ini sudah cukup untuk menangani kebutuhan skala industri kecil dan petani perseorangan,” jelas Müller.
“Alat ini berbentuk memanjang Flat Bed Dryer memiliki cara kerja yang tergolong sederhana cukup dengan meletakkan bahan di atas tray memanjang yang telah diberi lubang dan dihembuskan udara panas dari bawah. Juga ada beberapa alat yang bisa menjadi alternatif lainnya seperti Inflatable Solar Tunnel Dryer. Jika dibandingkan dengan Solar Tunnel Dryer (pengering dengan bantuan cahaya matahari-red), alat ini tergolong cukup praktis dan bisa dikatakan sebagai Portable Solar Tunnel Dryer. Saya juga bertemu dengan alat unik lainnya di Thailand, saya menyebutnya Automated Cabinet Dryer karena Cabinet Dryer yang saya temukan berupa tray yang dapat bergerak naik dan turun secara otomatis dengan sumber panas berasal dari bawah. Bagian bawah dari alat ini merupakan bagian yang paling dekat dengan pemanas dan bisa diambil hasil dari pengeringan secara langsung sedangkan di bagian atas juga terdapat tray yang juga bisa diisi tray untuk meletakkan hasil panen yang belum dikeringkan. Keuntungan dari alat ini adalah bersifat kontinyu (berkelanjutan) sehingga hasil pengeringan di bagian bawah dapat diambil bersamaan dengan dimasukkan hasil panen di bagian atas. Menurut saya, alat yang saya temukan di Thailand cukup sukses karena udara panas yang digunakan tidak terbuang setelah proses melainkan disirkulasikan kembali dalam Cabinet Dryer” imbuh Müller.
Pengering Solar Tunnel Dryer
“Setelah saya teliti pada beberapa produk pangan seperti buah, rimpang dan daun herbal yang diberi pelakuan awal sebelum dikeringkan dengan Solar Tunnel Dryer, hasilnya ternyata produk hasil pengeringan mempunyai kualitas yang baik. Dalam presentasi ini saya mempresentasikan hasil perlakuan pengeringan Solar Tunnel Dryer pada rimpang dan herbal. Saya mempresentasikan beberapa produk tanaman hasil pengeringan yang tergolong produk herbal antara lain : daun Sirsak, dan daun Kelor. Adapun produk kering keduanya digunakan sebagai bahan pembuatan teh celup. Sedangkan, untuk bahan yang tergolong rimpang, saya mempresentasikan tentang kunyit dan temulawak. Dalam hal ini, saya mengukur komponen aktif berupa kandungan antioksidan pada keempat bahan yang telah dikeringkan dengan Solar Tunnel Dryer dan dapat saya simpulkan bahwa komponen aktif keempat bahan tersebut masih tergolong baik setelah melalui proses pengeringan dengan Solar Tunnel Dryer. Komponen aktif tersebut begitu penting mengingat fungsinya bagi kesehatan. Tidak hanya itu, dari sisi penampilan fisik , produk juga masih tergolong baik serta komponen kurkuminoid juga masih tetap terjaga setelah proses Solar Tunnel Dryer. Akan tetapi sebelum memulai proses pengeringan bahan, sangat diperlukan pra-perlakuan dan dalam hal ini saya melakukan beberapa cara seperti steam blanching dan perendaman dalam drying agents “jelas Kristina.
“Hanya saja, kendala yang kami hadapi saat ini mengenai bagaimana Solar Tunnel Dryer masih dapat digunakan pada saat musim hujan. Kami memodifikasi sumber panas dengan bantuan Gas Elpiji untuk saat ini, Kami mengharapkan, selanjutnya dapat terjalin kerjasama dengan University Of Hohenheim terutama untuk mengatasi masalah penggunaan Solar Tunnel Dryer saat musim hujam serta aplikasi solar drying dengan biaya proses yang rendah untuk diterapkan oleh petani dan pengolah pangan kering di Indonesia” tutup Kristina. (Cal)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi