- Oleh Ridwan Sanjaya
Dengan potensi yang ada dan peluang pengembangan pasar, Ngesti Pandawa menggunakan dua strategi pemasaran dalam bentuk promosi ataupun edukasi
LEBIHdari 50 persen penduduk Indonesia atau sekitar 132,7 juta jiwa merupakan pengguna internet. Jumlah netizen di negeri ini bahkan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk sebagian besar negara di Asia. Hal ini tentunya menjadi pangsa pasar yang besar dan potensial bagi pemasaran produk dan jasa.
Meningkatnya pengguna internet, perkembangan teknologi, dan perubahan generasi, menuntut perubahan dalam pengelolaan bisnis. Dalam hal ini, pertunjukan kesenian tradisional yang kabarnya ditinggalkan anak muda juga harus bisa menyesuaikan dengan konsep pemasaran digital.
Pertunjukan Wayang Orang yang berlokasi di Taman Budaya Raden Saleh di Jalan Sriwijaya No 29 Semarang mungkin lebih beruntung dibandingkan Perkumpulan Wayang Orang sejenis di kota lain. Sebabnya, pentas masih diadakan secara rutin setiap Sabtu mulai pukul 20.00.
Meskipun jumlah penontonnya tidak pasti, kerap diadakan pertunjukan kolaboratif dengan institusi pendidikan, pemerintah, dan swasta. Sejumlah besar tiket terbeli oleh manajerial dan anggota keluarga institusi tersebut. Jika dana tidak mencukupi, terdapat dukungan dari pihak ketiga dan tambahan bunga dari dana abadi.
Satu keberuntungan yang paling penting dan merupakan modal yang besar adalah loyalitas dan semangat untuk pentas dari para pemain yang masih cukup besar meskipun honor terbilang kecil. Bahkan ada beberapa anak muda yang terlihat bergabung dalam beberapa kali pertunjukan.
Meskipun begitu, jumlah penonton yang tidak pasti harus dicarikan solusi. Terutama memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang. Dalam Forum Group Discussion (FGD) dengan mahasiswa tingkat dua di Unika Soegijapranata, muncul informasi yang cukup mengejutkan setelah mereka menonton pertunjukan Ngesti Pandawa.
Mereka menyatakan ketertarikannya dengan pertunjukan Wayang Orang Ngesti Pandawa sehingga menyayangkan promosi yang tidak sampai ke anak muda. Mereka menyarankan penggunaan media sosial dalam merangkul anak muda.
Namun mereka mengaku tidak cukup memahami jalan cerita karena penggunaan bahasa Jawa serta tidak ada petunjuk atau narasi sebelum dan selama pertunjukan berlangsung. Mereka menyarankan untuk menambahkan narasi cerita dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa asing yang ditayangkan melalui proyektor. Dengan demikian akan mempermudah penonton yang datang dari berbagai daerah atau negara lain.
Transaksi pembelian tiket yang tidak harus datang ke lokasi juga menjadi harapan mereka. Hal ini akan meningkatkan rasa aman telah memiliki tiket sebelum pelaksanaan pertunjukan. Berbagai gerbang pembayaran digital dapat digunakan untuk menjembatani kebutuhan tersebut melalui menggunakan kartu kredit ataupun transfer bank.
Melalui Teknologi Informasi
Dengan potensi yang ada dan peluang pengembangan pasar, Ngesti Pandawa menggunakan dua strategi pemasaran dalam bentuk promosi ataupun edukasi. Teknologi informasi yang dapat digunakan untuk promosi bisa melalui website resminya, media sosial Facebook, Instagram, ataupun Youtube.
Pemasaran dalam bentuk edukasi dapat dilakukan melalui Wikipedia, Google Map, dan situs review seperti TripAdvisor. Edukasi melalui penjelasan di situs Wikipedia akan sangat membantu masyarakat dalam mencari informasi mengenai kesenian Wayang Orang dan keberadaan Ngesti Pandawa.
Masyarakat juga dapat terlibat melengkapi informasi di dalamnya. Keberadaan Google Map dan TripAdvisor yang memungkinkan adanya kontribusi foto dan review juga dapat membantu masyarakat dalam memahami Wayang Orang Ngesti Pandawa.
Informasi ini umumnya muncul pada halaman pertama pencarian Google Search. Tentunya akan banyak membantu ketika konten di dalam website resmi masih belum terlalu banyak.
Pengembangan aplikasi berbasis Android dengan nama ”Ngesti Pandawa” dilakukan untuk membangun komunitas yang loyal. Konten di dalamnya secara rutin memberikan informasi up-to-date agar dapat diikuti perkembangannya. Selain itu juga terdapat kesempatan untuk berdiskusi dan memberikan masukan, serta dimungkinkan untuk melakukan transaksi pembayaran.
Melalui promosi dengan strategi tersebut, terdapat turis-turis dari Tiongkok yang melakukan transaksi pembelian tiket Ngesti Pandawa melalui gerbang pembayaran yang disediakan di website dan aplikasi Ngesti Pandawa. Transaksi ini masih berlanjut dalam beberapa bulan selanjutnya.
Karena tiket yang dijual di internet masuk dalam kategori VIP, terdapat sedikit modifikasi pada prioritas kursi penonton di barisan depan. Pembeli melalui internet mendapatkan prioritas untuk duduk di baris depan sehingga dapat melihat pertunjukan dengan lebih dekat.
—Prof Dr Ridwan Sanjaya, guru besar Sistem Informasi Unika Soegijapranata
Sumber: Wacana Nasional Suara Merdeka, E-paper Suara Merdeka