Sebagai satu dari beberapa ikon budaya Kota Semarang, Wayang Orang Ngesti Pandawa dirasa patut untuk dilestarikan, dipertahankan, dan bahkan dikembangkan. Hal itu yang menjadi alasan Rektor Unika Soegijapranata Semarang, Ridwan Sanjaya bersama tim melakukan riset khusus.
”Selain sebagai warisan budaya, pertunjukan wayang orang pun ada berbagai sudut positif dalam pembelajaran positif bagi khalayak. Kerapkali pertunjukan itu berkisah tentang kebaikan dan keburukan dalam berkehidupan masyarakat,”katanya
Menurutnya, yang patut untuk terus dijaga atas nilai-nilai luhur di dalamnya. Namun tentu pula butuh kerja sama untuk mencari cara tepat dalam mengembangkannya sehingga dapat dinikmati secara lebih luas.
”Jadi kesenian wayang orang ini diharapkan menjadi kebanggaan masyarakat sekitar," kata Ridwan.
Ia mengatakan, dirinya bersama tim peneliti lainnya seperti Rachmad Djati, Tjahjono Raharjo, dan Albertus Dwiyoga mencoba mencari solusi dalam upaya pelestarian wayang orang Ngesti Pandawa secara kreatif dan disesuaikan kondisi zaman saat ini.
”Dari hasil penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi di masyarakat, kami atas nama tim peneliti Unika Soegijapranata Semarang, mencoba menawarkan pemanfaatan teknologi informasi yang mampu membuka akses bagi siapapun baik melalui pertunjukan, transaksi, maupun pemasarannya,”paparnya.
Namun demikian, menurutnya, teknologi informasi diyakini dapat memainkan peran signifikan dalam pengembangan pertunjukan wayang orang sebagai industri kreatif kesenian secara berkelanjutan.Itu terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan timnya.
”Selain website, sosial media, maupun aplikasi mobile untuk Ngesti Pandawa, transaksi penjualan tiket bersama Tiket.com pun berhasil mempermudah wisatawan dari luar Semarang, maupun luar negeri dalam pembelian tiket secara online tersebut,”ujarnya.
Karena itu, pada dasarnya ternyata bukan karena mereka semakin tidak suka terhadap pertunjukan wayang orang, melainkan ketidaktahuan atau keterbatasan akses informasi. Hal ini didasar dari hasil penelitian yang dilakukan pihaknya selama setahun terakhir ini.
”Terdapat lebih dari 50 persen anak muda yang masih dan tertarik dengan pertunjukan wayang orang, termasuk Ngesti Pandawa. Namun karena tidak terkelola menggunakan teknologi, akhirnya susah diakses,”tambah Anggota Peneliti Unika Soegijapranata Tjahjono Raharjo.
Dia mencontohkan, dalam kesenian serupa di Thailand, di setiap pertunjukannya sangat antusias penontonnya. Setelah ditelusuri, itu karena kemudahan serta kecepatan mereka dalam mengaksesnya. Satu di antaranya adalah melalui pemanfaatan teknologi
”Jadi dengan pemanafaatna teknologi ini, bisa memudahkan orang untuk mengunjungi kesenian wayang orang ini dengan membeli tiket secara mudah diakses,”katanya.