Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Soegijapranata, Berta Bekti Ratnawati bersyukur Choaching Clinic Penulisan Proposal Penelitian Pendanaan DPRM Ristek Dikti berhasil dilaksanakan dan memperoleh respon baik dari para dosen calon peneliti Unika Soegijapranata.
"Choaching clinic terkait penelitian memang diperlukan. Tujuannya agar para dosen peroleh informasi baru khususnya yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti)," kata Berta kepada Tribunjateng.com, Sabtu (20/1/2018).
Sehingga pula, lanjutnya, dalam kegiatan tersebut pihaknya mengundang dua tokoh yang selama ini berkutat dengan bidang penelitian maupun pengabdian masyarakat.
Mereka yang dimaksud itu adalah Reviewer Nasional Skim Sentralisasi Kemenristekdikti Totok Sumaryanto dan Reviewer Internal Bersertifikasi Skim Desentralisasi FL Budi Setiawan.
"Sebenarnya kegiatan penelitian di Unika sudah masuk ke dalam klaster utama. Tetapi tidak menampik jika para dosen, tak terkecuali para dosen muda di kampus ini seluruhnya siap untuk melaksanakan program penelitian itu. Karenanya, perlu secara terus-menerus digenjot, diberi stimulant," jelas Berta.
Dia melihat, sejauh ini pula, para dosen (akademisi) Unika Soegijapranata berpotensial dan berkemampuan besar. Termasuk juga resourcesnya.
Tetapi kembali lagi, butuh sesuatu yang bisa mendorong, agar di tiap individu bisa bergerak aktif guna menghasilkan karya ilmiah yang membanggakan.
"Itu yang sebenarnya diperlukan di kampus ini. Dan kami pun ingin memotivasi termasuk juga memfasilitasi para akademisi untuk menjadi peneliti ahli. Harapannya, skim penelitian di Unika menjadi semakin banyak ke depannya. Itu yang saat ini menjadi target kami di tahun ini. Mendorong, memotivasi, serta mengedukasi agar tidak henti melaksanakan penelitian," tandasnya.
Terpisah, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Semarang (Unnes) Totok Sumaryanto dalam pemaparan terkait penulisan proposal penelitian di hadapan para akademisi Unika Soegijapranata itu berujar, jika sebenarnya paradigm penelitian sejak 2017 telah berubah.
"Kini tidak hanya sekadar laporan yang sifatnya kepustakaan lalu ada surat keterangan angka kredit (point) nya, yang terjadi dan sesuai aturan terbaru, justru intinya adalah berbasis pada output (keluaran) nya," jelasnya.
Sehingga, lanjutnya, di setiap proposal penelitian yang diajukan harus jelas keluarannya, termasuk juga apa yang akan dijanjikan pada penelitian yang dihasilkan.
Dan hal tersebut harus tertuliskan dengan jelas baik di saat sebelum hingga sesudah penelitian.
"Output penelitian itu di antaranya seperti kekayaan intelektual, publikasi, dan prototipe. Jadi Kemenristekdikti RI telah mengelompokkan jenis-jenis penelitiannya. Mulai dari riset dasar, riset terapan, serta riset pengembangan kapasitas. Hal itu pula perlu disepakati sejak awal oleh para akademi yang hendak melakukan penelitian," jelasnya.
Totok membeberkan, ciri utama penelitian dasar adalah penelitian yang ditujukan untuk pengembangan ilmu dan membangun konsep, teori, dalil, maupun sejenisnya.
Dari hal itu, dapat disimpulkan, belum tentu bisa dimanfaatkan secara langsung atau secara ekonomis.
"Hal lain yang juga tidak kalah penting atau utamanya yakni setiap dosen yang sudah Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) diwajibkan mendaftar diri ke laman www.sinta.ristekdikti.go.id. Tujuannya untuk penilaian kinerja dan seterusnya," beber Totok.