Rata-rata 10 Menit
SEMARANG– Sebuah lembaga survei lalu lintas global, INRIX merilis tentang kemacetan di berbagai kota di dunia selama 2017. Dalam rilis yang diluncurkan dalam website inrix.com pada awal Maret ini, Kota Semarang termasuk di antara 1.360 kota dari 38 negara yang disurvei.
Terdapat 15 kota di Indonesia yang disurvei. Untuk kali pertama Kota Semarang masuk dalam survei lalu lintas global. Dalam rilis lembaga yang berbasis di Amerika Serikat tersebut diperoleh data tingkat kemacetan selama setahun, yakni 37 jam dengan rerata tingkat kemacetan setiap hari pada saat jam puncak kesibukan kota sebesar 10 menit. Dengan kata lain, setiap hari warga Kota Semarang terjebak dalam kemacetan selama 10 menit selama setahun yang dalam indikator penelitian berdurasi 240 hari kerja.
Pakar Transportrasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno mengatakan, berada dalam kemacetan selama 10 menit setiap hari mampu memicu stres bagi pengendara. Menurut dia, kategori 10 menit itu tidak bisa masuk kategori cukup lama dalam sehari. Kondisi setiap pengendara berbeda-beda. “Survei itu ternyata membuka mata soal manajemen jalan raya. Angkutan umum saja tidak cukup. Apalagi keberadaan angkutan umum yang asalasalan,” ungkap dia, Rabu (14/3).
Dalam konteks Kota Semarang, angkutan umum yang ada belum dapat digunakan sebagai alat untuk mengurangi kemacetan. Akses angkutan umum tidak menggapai kawasan perumahan atau permukiman. Daerah ramai penduduk tidak memiliki halte, sedangkan bus yang lewat beberapa kali terpantau sepi penumpang, bahkan kosong di koridor tertentu.
Masalah Klasik
Kepala Bidang Parkir dan Penanganan Jalan, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang, Danang Kurniawan mengatakan, kemacetan tak bisa dihindari karena regulasi yang bersifat kuat dan tegas tak ada, terkait pembatasan kendaraan. Di sisi lain, panjang jalan dan lebar jalan juga tak bertambah. “Jumlah kendaraan terus bertambah setiap harinya. Kami sudah berupaya memaksimalkan jalan dengan menertibkan parkir. Sudah sering ditindak juga seperti bannya digembok,” ujar dia.
Upaya lain yang dilaksanakan Dishub, yakni dengan mendesain parkir bagi sekolahsekolah di pinggir jalan protokol, sehingga saat mengantar atau menjemput tidak antre di tepi jalan. Selain itu, pihaknya juga sedang mengajukan bantuan ke pemerintah pusat untuk bus sekolah. “Anak sekolah ini kalau bisa tertangani, bisa mengurangi kemacetan dalam jumlah besar. Makanya kami mendorong ke arah pembuatan kantong parkir,” ungkap dia.
Pihaknya saat ini juga sedang mengkaji pemaksimalan simpang jalan, sehingga tidak membuat kendaraan mengular pada saat lampu merah menyala. Salah satu bentuknya dengan memperbanyak rambu ”belok kiri langsung jalan”. “Kami sedang kaji pemaksimalan simpang ini,” imbuh dia.