Pada tanggal 2 Februari 2015, bertempat di Gedung Thomas Aquinas Lantai 4. Ruang 6 RUANG-RABU Program Magister Lingkungan dan Perkotaan mengadakan ceramah “Lateral Ethics, Moral Particularism, and Nationality”. Pembicara dalam ceramah itu adalah Ryuchiro Taniguchi, Phd dari Departement of Public Philosophy and Ethics, Universitas Seigakuin, Jepang.
Ceramah lateral ethics, moral particularism, and nationality ini membahas mengenai moralitas (etika) di masyarakat majemuk. Moralitas adalah kualitas perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu baik atau buruk.
Dalam masyarakat majemuk tidak ada sistem moral yang paling benar dan memiliki kedudukan tertinggi dalam hirarki moral. Maka, boleh saja seorang yang menganut agama Katolik mengklaim untuk dirinya sendiri bahwa ajaran agamanya merupakan moral tertinggi bagi dirinya dan juga lebih tinggi daripada aturan yang ada seperti Pancasila atau Undang – Undang Dasar 1945. Tetapi ketika orang tersebut masuk ke ruang publik dan bertemu dengan orang–orang yang non-Katolik untuk menyelesaikan masalah bersama, ia tidak bisa menjadikan ajaran agamanya sebagai moralitas yang paling benar dan menganggap ajaran agama yang lain keliru. Dalam masyarakat majemuk tidak ada hirarki etik (moral), yang ada adalah Lateral etik (semua moral setara dan berdampingan).
Kutipan Ralph Waldo Emerson “kehidupan manusia adalah sebuah lingkaran diri berkembang, yang, dari cincin kentara kecil, bergegas di semua sisi keluar ke lingkaran baru dan lebih besar, dan tanpa akhir. Satu hal yang kita cari dengan keinginan tak terpuaskan adalah melupakan diri kita sendiri, akan terkejut dari kesopanan kita, kehilangan memori abadi dan melakukan sesuatu tanpa mengetahui bagaimana atau mengapa; singkatnya untuk menggambar lingkaran baru”. (Molly)