Sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap generasi muda akan bahaya narkoba, BNN (Badan Narkotika Nasional) Pusat bekerja sama dengan BNN Provinsi Jawa Tengah mengadakan workshop mengenai penanggulangan dan pencegahan bahaya narkoba. Kegiatan tersebut berlangsung pada hari Selasa (13/3) dan Rabu (14/3) dan bertempat di Hotel Chanti, Semarang. Dalam kegiatan tersebut, BNN Provinsi Jawa Tengah mengundang lembaga-lembaga pendidikan mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi se-Jawa Tengah. Christian Moniaga, ST., M.Ars. , salah satu dosen dari program studi Arsitektur, mewakili Unika Soegijapranata dalam kegiatan tersebut.
Kekhawatiran akan maraknya narkoba serta kepedulian pemerintah akan generasi muda bangsa menjadi latar belakang diadakannya workshop ini. “Dalam rangka menyambut seratus tahun kemerdekaan Indonesia yakni pada tahun 2045, kita berusaha menyiapkan generasi muda yang akan memimpin bangsa ini. Generasi itu tidak lain adalah generasi milenial yang saat ini sedang berada pada jenjang pendidikan perguruan tinggi. Pada tahun 2045, generasi muda ini yang akan memimpin negara ini, mengisi pemerintahan dan birokrasi. Saat yang akan datang itu merupakan masa keemasan generasi milenial. Namun, jika generasi ini dirusak oleh narkoba, lalu wajah negara kita mau seperti apa?” ungkap Christian.
Para peserta yang menjadi relawan BNN dalam acara tersebut dibekali pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam tentang bahaya narkoba, serta diharapkan untuk menyebarkan semangat antinarkoba di masing-masing instansi. Dalam workshop tersebut, hadir narasumber dari BNN serta tim ahli dari pendidikan. Salah satu hal yang dibahas dalam kegiatan tersebut adalah bagaimana memasukkan materi mengenai bahaya narkoba ke dalam mata pelajaran di pendidikan. Menurut Christian, kegiatan semacam ini sangat diperlukan untuk meng-update informasi terbaru mengenai bahaya narkoba, sehingga para pendidik juga semakin paham dan mengerti.
Jenis Narkoba Kian Marak
Salah satu hal yang di-update dalam kegiatan tersebut adalah wawasan mengenai ragam jenis narkoba. Narkoba dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni narkoba alami dan sintetis. Narkoba alami mudah diketahui, seperti ganja. Namun, narkoba sintetis atau turunan memiliki jumlah yang sangat banyak. Salah satu contohnya adalah tembakau gorilla, yang berasal dari tembakau yang diramu sedemikian rupa sehingga dapat mengakibatkan efek tertentu.
“Saat ini ada 68 jenis narkoba baru. Mungkin sebelumnya kita hanya tahu jenis narkoba seperti sabu dan ekstasi saja. Namun, sekarang muncul turunan narkoba jenis baru yang merupakan narkoba sintetis dari bahan kimia. Dari Cina sudah ada sekitar 250 jenis narkoba,” ungkapnya.
Jenis baru yang lain juga ditemukan dalam cairan untuk rokok elektrik. “Tentu saja harga cairan ini lebih mahal daripada biasanya. Harga 1 botol cairan untuk rokok elektrik biasanya berkisar antara seratus ribu rupiah. Sedangkan untuk yang mengandung narkoba harganya bisa mencapai lima ratus ribu rupiah. Itu karena harga 1 gram sabu sendiri bisa mencapai dua juta, bahkan lebih mahal dari emas,” tambahnya.
Ia pun menjelaskan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia terletak dalam penangkapan perdagangan narkoba. “Indonesia adalah negara kepulauan dan merupakan jalur perdagangan yang sangat strategis. Hal itu merupakan keuntungan bagi negara kita. Namun di sisi lain, Indonesia juga menjadi salah satu sasaran bagi pemasaran narkoba dari Cina, Malaysia, dan Singapura. Para produsen narkoba tidak memperdagangkan narkoba di negara asal mereka sendiri, melainkan dijual di Indonesia. Jalur perdagangan di Indonesia yang mayoritas melalui jalur laut memang menjadi salah satu kendala kita, karena perdagangan narkoba menjadi sedikit sulit untuk dideteksi. Namun, sekali perdagangan nerkoba tersebut ditangkap, maka jumlahnya bisa mencapai berton-ton narkoba,” tuturnya.
Satu hal yang perlu dikampanyekan lebih gencar kepada masyarakat adalah mengenai rehabilitasi bagi para pemakai narkoba. “Selama ini mungkin ada beberapa pemakai narkoba yang ingin sembuh, tetapi tidak tahu bagaimana caranya atau takut melaporkan diri. Perlu diketahui, bahwa para pemakai yang ingin sembuh bisa melaporkan diri dan BNN menjamin bahwa mereka tidak akan dipenjara, melainkan akan direhabilitasi dan diobati hingga sembuh. Oleh sebab itu, jika dari kita ada yang tahu bahwa orang terdekat kita mungkin memakai narkoba tetapi ingin sembuh, bisa segera melaporkan diri,” tambahnya.
Namun, beda persoalan jika seseorang dengan sengaja menimbun stok narkoba dan memang berniat ingin menggunakan terus narkoba tersebut. Jika hal tersebut terungkap ketika dilakukan penggrebekan, maka orang tersebut dapat dijatuhi hukuman penjara. Para pengedar narkoba akan dipenjara.
Saat ini sedang digencarkan pula kampanye anti-narkoba pada anak-anak usia dini di jenjang PAUD, dengan dibuatnya film animasi atau kartun yang mengampanyekan bahaya narkoba. Sehingga, seluruh usia mendapat pengetahuan tentang narkoba.
Christian menuturkan bahwa kegiatan pelatihan dari BNN tersebut akan ditindaklanjuti dengan terus diadakannya tes urine di kampus Unika Soegijapranata. Selain itu, akan diadakan pula kerja sama dengan pihak universitas untuk semakin membuka wawasan mengenai bahaya narkoba bagi mahasiswa.
“Kegiatan ini akan kita kemas dengan suatu hal yang baru, yang disukai anak muda, dengan semangat anak muda. Seperti misalnya, kita kemas dalam kegiatan pentasi seni acara Soegijazz. Dalam acara tersebut, kita kampanyekan pula semangat anti-narkoba. Dan hal tersebut bisa di-support oleh BNN,” terangnya. Selain itu, tiap-tiap fakultas juga dapat menggandeng BNN dalam acara pentas seni atau pentas musik dengan menghubungi Wakil Rektor III bidang kemahasiswaan.
Unika Bebas Narkoba
“Unika adalah salah satu universitas yang difavoritkan di Semarang, bahkan di Jawa Tengah. Mahasiswa Unika berasal dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman itu adalah salah satu nilai lebih yang dimiliki Unika, yang tidak dimiliki universitas lain. Saya rasa kita harus melek akan potensi tersebut. Namun, akan sangat sayang, apabila generasi muda ini diisi oleh pribadi yang malah terjerumus ke hal-hal negatif seperti narkoba,” terangnya.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, hanya orang-orang kreatif yang bisa hidup. Perkembangan teknologi menuntut pemikiran yang out of the box. Tentu saja hal itu tidak akan bisa tercapai bila generasi muda hanya berkutat dengan hal-hal negatif seperti narkoba, yang jelas-jelas merusak otak.
Christian berharap supaya Unika akan selalu menjadi kampus yang bersih dari narkoba. “Saya berharap, akan sangat hebat kalau besok seratus tahun Indonesia merdeka, di tahun 2045, pemuda-pemudi yang akan mengisi demokrasi, dan yang menjadi pemimpin bangsa adalah anak-anak Unika yang memang sejak muda mereka bebas narkoba,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil diskusi dengan universitas lain, Christian menambahkan, ke depannya akan dibentuk pula UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) anti-narkoba. “Di UKM ini, mahasiswa sendirilah yang akan mengampanyekan gerakan anti narkoba. Mereka bisa bergerak di tingkat BEM, senat, maupun himpunan mahasiswa. Tentu saja, cara dan ide-idenya pun disesuaikan dengan semangat mereka,” tambahnya. (B.Agth)
Internship Fair FIKOM SCU: Jembatan Mahasiswa Menuju Dunia Industri
Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) Soegijapranata Catholic University (SCU) secara rutin