MENJADI seorang pemimpin tidak harus otoriter demi meraih kesuksesan. Banyak cara yang dilakukan untuk mewujudkan kesuksesan tersebut, salah satunya bersikap terbuka dan mau menerima kritikan. Prinsip inilah yang diterapkan Prof Dr Frederik Ridwan Sanjaya, SE, S,Kom, MS IEC, Rektor R Universitas Katholik Soegijapranata (Unika) Semarang.
Pria yang akrab disapa Ridwan Sanjaya ini, menjabat sebagai Rektor Unika Soegijapranata periode 2017 – 2021. Belum genap satu tahun. Persisnya baru berjalan sekitar delapan bulan sejak pelantikan menggantikan Rektor Budi Widianarko, pada Kamis, 31 Agustus 2017 silam. Sebelumnya, Ridwan menjabat sebagai Wakil Ketua Rektor IV Bidang Kerjasama dan Pengembangan Unika Soegijapranata.
Selain dikenal ramah, sosok Ridwan juga dikenal sebagai seorang ahli di bidang teknologi. Menurutnya, sekarang ini adalah zaman teknologi, termasuk dalam dunia pendidikan di perguruan tinggi yang mengarah dengan sistem pembelajaran online atau cyber. Hal inipun sudah didengung-dengungkan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti).
“Jadi kalau dilihat dalam delapan bulan terakhir ini, Unika sedang mengarah pada industri 4.0, Disruptive Innovation, seperti yang disampaikan oleh Pak Menristekdikti,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang, kemarin.
Upaya yang dilakukan adalah menciptakan aplikasi-aplikasi yang bisa diakses oleh berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa, orang tua, pihak kampus, masyarakat umum, hingga alumni, bisa mengakses informasi mulai dari kebutuhan perkuliahan hingga mencari kerja.
“Kita ada aplikasi Hallo Alumni. Para alumni bisa mengakses dari mana saja, misal ketika butuh legalisir. Cukup menuliskan data diri, kemudian legalisir bisa keluar,” kata alumnus SMA Negeri 1 Demak, itu.
Selain itu, pihaknya juga meneciptakan aplikasi Hallo Unika Menyapa, yang bisa diakses mahasiswa maupun para orang tua untuk memantau perkembangan hasil pendidikan akademik anaknya.
Tak kalah penting, pihaknya juga memiliki aplikasi Unika Kita. Pada intinya aplikasi ini berkaitan dengan ketransparanan dan keterbukaan mulai dari mahasiswa hingga tingkat pimpinan.
“Dengan Unika Kita ini, mereka bisa menginformasikan apapun yang tidak beres di dalam Unika. Entah secara fisik maupun yang non fisik,” ujar pria kelahiran Demak, 17 Juli 1977, itu.
Aplikasi tersebut dapat menghilangkan sekat antara mahasiswa dengan dosen, termasuk menjadi media untuk lebih transparan. “Jadi keterbukaan itu sampai ke pimpinan. Pimpinan mendapat kritik atau masukan itu sudah hal biasa,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga memiliki platform E-Book untuk mewadahi mahasiswa untuk menuangkan hobinya. Seperti hobi menulis puisi, cerpen, komik dan sebagainya. “Talenta-talenta itu bisa disalurkan dari rumah atau mana saja pada saat senggang,” tandas lulusan S3 Computer Information System, Assumption University Bangkok, itu.
Di masa kepemimpinanya, pihaknya memiliki program kerja Unika Connect. Artinya, Unika menjadi jembatan para mahasiswa atau civitas yang memiliki talenta. “Yang memiliki talenta bisa disalurkan dan bisa bermanfaat untuk masyarakat,” ujarnya.