Oleh : Widuri Kurniasari *)
INOVASI disruptif (disruptive innovation) adalah inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu. Inovasi disruptif mengembangkan suatu produk atau layanan dengan cara yang tak diduga pasar, dengan menciptakan jenis konsumen berbeda pada pasar yang baru dan menurunkan harga pada pasar yang lama.
Istilah disruptive innovation mulai dikenal ketika Clayton M Christensen seorang Profesor Bisnis dari Harvard Business School menerbitkan buku yang berjudul The Innovator Dillema di tahun 1997. Pada awal mulanya, Clayton M Christensen menyebutnya dengan sitilah disruptive technology, namun seiring perkembangan dia pun lebih mempopulerkan istilah disruptive innovation.
Dalam era saat ini, kemampuan inovasi berguna bagi perusahaan untuk bertahan hidup, berkelanjutan di tengah persaingan dan dinamika dunia bisnis yang bergerak semakin dinamis. Perubahan ini, tidak dapat disangkal dunia sudah berubah karena era digital dan otomatisasi teknologi. Menang dalam persaingan saat ini, harus jeli dalam melihat peluang yang ada di pasar, harus pandai dalam mengeksploitasi peluang yang ada, harus selalu berinovasi. Salah satu contoh dari Inovasi Disruptif (disruptive innovation) adalah floppy disk sudah tergantikan dengan USB dan flash disk, kamera menggunakan film sudah tergantikan dengan kamera digital, dan masih banyak lagi. Ada beberapa karaktersitik inovasi disruptif yang biasanya mempunyai target orang yang sudah mengalami kejenuhan akan satu layanan atau produk tertentu. Produk atau jasa lebih mudah penggunaannya dengan biaya yang lebih terjangkau, dan penggunaan teknologi sebagai salah satu cara untuk meningkatkan value proposition.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah inovasi disruptive sebuah keharusan? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa hal yang harus kita pertimbangkan. Pertama, inovasi disruptive selalu berkaitan dengan teknologi.Teknologi yang terbaru dan terus terbarui. Jika terlambat memperbarui teknologi, perlahan lahan hanya akan menjadi tertinggal dan hanya kan menjadi pengikut saja. Kedua adalah konsumen, mereka akan cenderung untuk mencari produk dan jasa yang mudah diakses, biaya transaksi rendah, dan kecepatan dalam transaksi serta pengiriman. Yang terpenting harus mampu memahami dan mengantisipasi selera konsumen yang selalu berubah. Ketiga, bisnis apa yang akan diciptakan dan untuk pasar yang mana. Jangan sampai kita salah dalam memasuki pasar dan tidak memahami bisnis yang akan dijalankan dan tidak dikuasai.
Dari pertimbangan tersebut, sebelum menerapkan disruptive innovation pastikan bahwa bisnis harus selalu berinovasi, selalu upgrade agar lebih bervariasi, bersiap dengan perubahan selera konsumen yang cepat, namun yang perlu diperhatikan juga adalah kemampuan untuk mengatur dan mengelola biaya. Apakah disruptive innovation sebuah keharusan? Semua tergantung pada diri kita sendiri, siap berubah dengan segala konsekuensinya atau memilih untuk menjadi pengikut saja. (*/ida)
*) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unika Soegijapranata.