“Ini adalah kegiatan IMA festival, kita mengadakan lomba business plan buat anak-anak SMA, dengan tujuan untuk melatih mereka bagaimana caranya membuat bisnis dari sejak awal. Kita juga mengadakan Food Festival dengan 20 stand makanan bertempat di Albertus Plaza dan memperkenalkan beberapa inovasi baru ciri khas masakan Indonesia lewat lomba business plan tersebut,” terang Christian Husodo sebagai ketua panitia IMA Festival Unika Soegijapranata, pada Rabu (29/8).
“Kita juga menyuguhkan hiburan yang penampilnya sepenuhnya dari Unika sendiri, sekaligus mempromosikan acara ini supaya lebih menarik,” imbuhnya.
Lebih lanjut Christian menjelaskan bahwa lomba business plan dalam acara IMA Festival ini diikuti oleh beberapa SMA, antara lain : SMAN 1, SMA Karangturi, SMA Mataram dan SMA Sedes Sapientiae. Masing-masing sekolah mengirimkan maksimal dua tim yang terdiri dari tiga siswa. Dan dari total enam tim peserta lomba akan memperkenalkan bisnis mereka dari cara packaging, promotion, dan price.
Dalam lomba business plan yang diikuti oleh enam tim tersebut, setiap tim akan mempresentasikan business plan mereka dihadapan tiga juri yang ketiganya adalah dosen Unika Soegijapranata, yakni Novita Ika Putri, S.TP, M.S. (FTP Unika), Dyah Titisari Anugraheni, SE., M.Si dan Dr Chatarina Yekti Prawihatmi (FEB Unika).
Dalam wawancara dengan salah satu juri disela-sela lomba, Dr. Yekti menjelaskan beberapa kriteria penilaian juri dalam lomba business plan. “ Ada beberapa hal yang menjadi penilaian kami antara lain mulai bagaimana ide pokoknya, kemudian bagaimana mereka dalam penghitungan biaya atau cashflow-nya. Jadi harus memastikan bahwa dalam usaha itu mereka akan mendapatkan keuntungan, oleh karena itu mereka harus teliti memperhitungkan biaya kemudian bisa menghitung BEP (Break Even Point) dan menghitung margin profit-nya. Hal tersebut bisa dipakai untuk business plan,”tutur Dr. Yekti.
“Kemudian pemasarannya itu bagaimana supaya produknya bisa laku, kemasannya seperti apa, mungkin pakai promo-promo yang menarik seperti apa,”sambungnya.
“Dan menurut saya, dari beberapa peserta yang sudah mempresentasikan business plan-nya, dari sisi ide sudah bagus karena mereka sudah mencoba mencari sesuatu yang berbeda dari produk yang sudah ada. Jadi mungkin mereka mulai dari ATM dulu, maksudnya Amati Tiru Modifikasi , tapi dari modifikasinya sudah jalan, sudah kelihatan, hanya mungkin yang masih kurang pada mereka adalah dalam hal perhitungan biaya. Jadi mereka belum menghitung biaya seperti tenaga mereka sendiri yang dicurahkan untuk usaha mereka, kemudian misalnya tadi biaya listrik juga belum diperhitungkan. Makanya kesannya seolah-olah margin profit-nya besar, tapi karena belum semua diperhitungkan ya sebenarnya mungkin tidak sebesar itu,” tutupnya. (fas)
Serah Terima Jabatan Ormawa FHK SCU
Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) melaksanakan Serah