PERKEMBANGAN teknologi tidak bisa dihindari. Mau tidak mau, zaman sudah berubah sehingga masyarakat harus mengikuti arus perkembangannya. Bisnis dan investasi bisa dilihat dari tren anak-anak muda terkini. Mereka bisa sukses dalam waktu singkat dan dipercaya pihak lain secara global dengan nilai investasi besar. Sebut saja, Grab, Gojek, Traveloka, dan Tokopedia yang sedang panas dibicarakan.
Berdasarkan data tahun 2016, nilai perusahaan Grab tercatat mencapai sebesar Rp 20 triliun dan Gojek Rp 17 triliun. Meski kedua perusahaan baru beberapa tahun berdiri, namun sudah melampaui nilai Garuda Indonesia sebesar Rp 12,3 triliun dan taksi Blue Bird Rp 9,8 triliun.
Nilai perusahaan Grab semakin melonjak pada 2018 hingga menembus Rp 84 triliun dan Gojek Rp 74 triliun. ‘’Nilai perusahaan konvensional seperti Garuda dan Blue Bird itu tidak sebanding dengan perusahaan berbasis internet atau teknologi.
Ini menunjukkan perkembangan dunia internet bagi bisnis sangat menakjubkan,’’kata Rektor Unika Soegijapranata, Prof Dr Ridwan Sanjaya MS IEC di kampus Unika Semarang, Senin (10/12). Menurut dia, perkembangan internet itu bisa mengubah peta bisnis.
Jika dulu tidak suka internet, kini mau tak mau hidupnya bergantung dengan teknologi tersebut. Djarum, pabrikan rokok yang investasinya tidak di bidang internet, kini mulai mendirikan perusahaan khusus yang investasi di bidang internet. Langkah itu pertanda, jika tidak ikut masuk di dalamnya, maka akan ketinggalan gerbongnya.
Melengkapi
‘’Tokoh Reynald Khasali pernah menulis, kalau tidak bisa terjun di bidang tersebut, lebih baik melengkapinya. Ini bisa dari sisi finansial, seperti investor meski bukan sebagai pemain,’’katanya. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 terdata pengguna internet di negeri ini ada 132.700.000 orang.
Dari jumlah itu, terkoneksi di Jawa sebesar 86.339.350. Usia 25-34 tahun atau sekitar 75,8% dari total pengguna internet akan jadi pasar potensial dalam beberapa tahun mendatang. Mendasari data tersebut, Ridwan menilai, bisnis digital punya pangsa pasar yang besar, terutama bagi produk dan jasa.
Berbagai jenis bisnis lain dimungkinkan seperti e-commerce, game, musik, pembuatan film, guru atau tutor online, dan penulis online. Anak muda seorang Youtuber, Atta Hallilintar pun meraup keuntungan cukup besar memanfaatkan internat. Pendapatannya sebagai Youtuber setahun bisa menembus angka antara Rp 1,8 miliar hingga Rp 29,7 miliar.
Adapun bisnis digital di Jateng ini sudah mulai berkembang sejak 2005. Pernah terjadi transaksi e-commerce pada usaha mikro kecil menengah di Jateng, tidak hanya antarkota, bahkan terjadi hingga luar pulau.
Terdapat konsumen dari Papua yang beli jersey atau kaus kesebelasan. Bahkan, biaya pengiriman saat itu lebih mahal, dibandingkan harga kausnya. Namun, hal itu tidak menjadikan persoalan. ‘’Sejak tahun 2015, internet sudah disetting untuk bisnis. Apalagi, saat itu sudah banyak memakai gadget,’’jelasnya.
Tahun 2019 mendatang, dia memprediksikan perkembangan internet akan makin luar biasa. Perkembangan juga terjadi dalam pemanfaatan e-money. Dikatakan Ridwan, Unika Soegijapranata pun sudah memanfaatkan penggunaan itu. Termasuk Go Pay yang juga banyak dimanfaatkan masyarakat.
►https://www.suaramerdeka.com/smcetak, Suara Merdeka 11 Desember 2018 hal. 6