Untuk mempermudah dan membantu mahasiswa Unika Soegijapranata, agar semakin perhatian terhadap proses perkuliahan, kini dibantu dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Bantuan dari kecerdasan buatan ini untuk melihat grafik nilai mahasiswa selama studi di universitas tersebut, misalnya apakah masih ada kekurangan untuk mencapai target tertentu yang bisa dikejar dengan mengambil mata kuliah baru atau melakukan perbaikan nilai pada mata kuliah tertentu.
Artificial intelligence (AI) ini menurut Rektor Unika Soegijapranata Prof Dr Ridwan Sanjaya, juga bisa memperkirakan berapa tahun seorang mahasiswa menjalani studi sesuai dengan track record (rekam jejak) dari yang bersangkutan. Grafik nilai mahasiswa ini dapat diakses melalui Dimas (Dashsboard Informasi Mahasiswa) yang baru saja diluncurkan oleh universitas swasta yang terletak di kawasan Bendan tersebut.
“Setelah meluncurkan Vanika, kami mempunyai Dimas yang berisi semua program terkait kemahasiswaan. Mahasiswa ada kelas dan butuh presensi di sini ada presensi QR Code di mana dulu terpisah aplikasinya sekarang kita jadikan satu, mau mengisi KRS atau melihat KHS bisa dilakukan di sini, bahkan tagihan-tagihan juga ada,” kata Ridwan sela-sela wisuda periode III 2018 Unika Soegijapranata, Sabtu (15/12).
Dengan aplikasi Dimas lanjutnya, mahasiswa juga akan diingatkan jadwal akademik, misalnya kalau waktunya sudah dekat untuk mengisi KRS (kartu rencana studi) sehingga mereka tidak kelupaan. Reminder atau pengingat ini melalui push message yang dikirim ke handphone atau smartphone mahasiswa yang bersangkutan. Selain pengingat mengenai jadwal akademik masih kata dia, pengumuman pengantian kelas atau ruang kuliah juga disampaikan melalui aplikasi ini.
“Aplikasi ini diperuntukkan khusus untuk mahasiswa sedangkan orangtua/wali masih bisa menggunakan Unika Menyapa untuk melihat perkembangan perkuliahan putra-putrinya, termasuk tagihan-tagihan biaya perkuliahan yang harus dibayarkan,” tambahnya.
Informasi-informasi tersebut juga bisa dicari tahu melalui Vanika (Virtual Assistance Unika) yang bisa diakses melalui aplikasi chat Line. Selain terkait mengenai perkuliahan Vanika juga bisa untuk mencari informasi pekerjaan, kesempatan internasional yang bisa di dapat dan kesempatan lain selama kuliah di Unika. Menurutnya Vanika bukan sekedar chatbot (robot yang bisa diajak ngobrol) seperti yang kini dikembangkan di universitas lainnya tetapi memang sebuah virtual assistance sesuai dengan kepanjangan Vanika.
Pada wisuda kali ini Unika Soegijapranata juga mulai mengurangi penggunaan plastik dan kertas, satu di antaranya tidak dicetaknya buku wisuda. Buku wisuda bisa diakses sambungnya, dengan me-scan QR code yang diletakkan di sisi kartu alumni sehingga saat ini fungsinya tidak hanya sekedar sebagai kartu alumni saja atau kartu diskon tetapi bisa untuk mengakses legalisasi ijazah, transkrip, akreditasi dan buku wisuda.
“Alumni bisa melakukan snap barcode dengan aplikasi QR code reader dan kemudian memasukkan tanggal lahir, yang nanti langsung terhubung ke sistem Unika terutama yang terkait dengan alumni. Kalau dulu harus memasukkan Nirl dan tanggal lahir, kalau sekarang jadi satu di sini dan hanya memasukkan tanggal lahir setelah me-scan barcode yang ada di sisi kartu alumni,” tutur Ridwan.
Semua sistem yang ada di Unika akan dijadikan satu dan terintegrasi, jadi waktu berselang maka big data bukan hanya dipakai untuk kegiatan dan aktifitas tertentu tapi sudah terintegrasi untuk semua hal yang terhubung dengan universitas. Unika menurutnya sudah sejak satu tahun lalu melakukan revolusi 4.0 dan berproses hingga sekarang.
Selain melakukan digitalisasi, Unika Soegijapranata juga baru saja mendapat akreditasi A untuk progdi S1 Manajemen, kemudian mendapatkan ijin pengelolaan program S1 Rekayasa Infrastuktur dan Lingkungan di bawah Fakultas Ilmu dan Teknologi Lingkungan, dan ini yang pertama di Unika di mana fakultasnya sempurna sampai jenjang S3. Terakhir, semalam Wakil Rektor Kristina Ananingsih meraih penghargaan aktivitas kemahasiswaan terbaik ketiga versi Kemenristekdikti. Terbaik pertama diraih Universitas Gajah Mada, kedua Universitas Surabaya dan ketiga Unika Soegijapranata. Apa yang dilakukan Unika menurut Kemenristekdikti baik dan sesuai dengan revolusi 4.0.