Sebab, bagaimanapun saat Lebaran nanti, pemudik juga banyak yang menggunakan jalur non tol.
Pengamat Transportasi Jawa Tengah, Djoko Setijowarno mengimbau agar para pemangku kebijakan tidak terlena dengan tersambungnya jalur tol, baik di Jawa maupun luar Pulau Jawa. Sebab, bagaimanapun saat Lebaran nanti, pemudik juga banyak yang menggunakan jalur non tol.
Seperti diketahui, saat ini Tol Trans Jawa dari Merak hingga Probolinggo bercabang ke Malang dan jaringan tol di Sumatera sudah terhubung. Termasuk ruas Tol Bakauheni-Terbanggi-Palembang dan ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (168 km), ruas Tol Terbanggi Besar-Palembang, sudah mulai beroperasi.
Menurut Djoko, pemerintah jangan lengah dengan kehadiran tol tersebut. Namun juga harus memperhatikan jalur non tol dengan cara merawat seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal yang sama juga berlaku untuk jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota.
“Kecukupan rambu, marka, penerangan jalan umum dan APILL harus diperhatikan. Pemudik pasti akan menggunakan jalan non tol untuk tiba di tempat tujuannya,” ujar Djoko dalam keterangan tertulisnya, Selasa (14/5/2019).
Selain itu, Dosen di Unika Soegijapranata Semarang ini juga mengimbau kepada pemudik yang menggunakan sepeda motor untuk lebih berhati-hati. Karena biasanya pengemudi jenis ini lebih rentan. “Awas, karena jalannya masih banyak yang berlubang,” saran Djoko.
Waktu istirahat juga harus diperhatikan dengan cermat oleh pemudik roda dua. “Jika malam hari merasa tidak nyaman berperjalanan jauh menggunakan sepeda motor, sebaiknya beristirahat. Rasa kantuk sekejap bisa menjadi penyebab kecelakaan,” jelasnya.
Tak hanya itu, Djoko juga menyoroti perlintasan sebidang Kereta Api dengan jalan raya yang notabene masih rawan kecelakaan. Utamanya yang berlintas dengan jalan desa atau kabupaten. “Banyak yang tidak terjaga, entah resmi atau lintas. Biasanya yang kerap jadi korban adalah yang jarang melintas,” papar Djoko.
Saran Djoko, saat mudik seperti ini, Pemda perlu menambah penjagaan terhadap perlintasan yang selama ini tidak terjaga dengan melibatkan masyarakat sekitar. Kelengkapan rambu dan markanya juga harus dapat perhatian.
Berdasarkan pengamatannya, simpul transportasi seperti terminal dan stasiun masih belum disediakan angkutan lanjutan. Buruknya penyelenggaraan angkutan umum di daerah yang jadi penyebabnya. Beda halnya jika pemudik balik ke Jakarta yang sudah banyak pilihan angkutan lanjutan.
“Berbeda di daerah, yang masih minim itu. Akibatnya, pemudik harus menambah biaya yang terkadang lebih besar dari ongkos perjalanan jauhnya ketimbang angkutan lanjutan,” jelasnya.
Djoko menambahkan, mudik gratis menggunakan bus setiap tahun kian bertambah kapasitasnya. Namun disayangkan, mayoritas lebih menggunakan bus pariwisata. “Sebaiknya memanfaatkan bus reguler bekerja sama dengan organda. Sisanya, baru menggunakan bus wisata. Bisnis bus reguler terpuruk beberapa tahun ini,” imbuhnya.