Pakar dari Arizona State University Amerika Serikat James Edmonds mengungkapkan, pada metode etnografi negaranya, jika seseorang ingin melakukan penelitian etnografi, maka dia harus ikut dalam fenomena selama satu tahun. Sebaliknya jika itu dilakukan di Indonesia, banyak peneliti yang tidak punya waktu selama itu, biasanya hanya beberapa minggu saja. Jadi solusinya adalah mencari fenomena yang ada sekitar kampus atau kota sehingga masalah tersebut dapat teratasi.
Dia menegaskan, studi etnografi penting untuk menjaga kesadaran akan kesatuan tempat, manusia, dan lingkungan sebagai kesatuan yang hidup. Hal tersebut yang cukup menarik untuk dikaji dan diperhatikan jika dibandingkan dengan penelitian virtual etnografi yang memiliki keterbatasannya sendiri karena tidak on the spot di lapangan.
Dia lantas mengungkapkan, etnografi gabungan antara observasi dan wawancara.
“Jadi etnografi sebagai gabungan konsep pengorganisasian antara observasi dan teknik wawancara untuk merekam dinamika perilaku masyarakat. Sehingga etnografi memiliki kemampuan untuk melakukan eksplorasi dalam hubungan digital,” lanjutnya dikutip dari situs resmi Unika Soegijapranata.
“James Edmonds meskipun studinya di Amerika, namun sudah cukup lama di Indonesia sehingga juga cukup fasih berbahasa Indonesia, sedikit belajar bahasa Jawa serta bahasa Arab. Penelitian yang dilakukannya juga sudah cukup banyak salah satunya adalah mengenai penelitian etnografi dan metodenya yang pada hari ini akan dipaparkannya,” jelas Retang pada acara yang digelar di ruang Nottingham gedung Henricus Constance, Kamis (20/6) lalu.
https://semaranginside.com