Pemanfaatan budidaya kelautan di Indonedia disebut masih belum digarap secara maksimal. Padahal potensi di sektor tersebut besar.
Kepala Pusat Pendidikan Badan Riset SDM Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dr. Bambang Suprakto, menyatakan memaparkan hingga saat ini, pemanfaatan budidaya kelautan di Indonesia baru mencapai 6,7 persen.
"Jadi masih sangat sedikit. Masih lebih dari 90 persen belum digarap," paparnya di kampus Unika Soegijapranata, Rabu (18/9/2019).
Padahal pemerintah, menurutnya, sudah menerapkan kebijakan pro rakyat saat ini. Di antaranya mengurangi bahkan melarang kapal-kapal asing menangkap ikan di perairan Indonesia.
"Dieksplor potensi yang ada, baik perikanan tangkap, karena sudah kebijakannya tak ada kapal-kapal asing."
"Artinya kami menginginkan banyak investor dalam negeri ikut memanfaatkan budidaya kelautan," jelasnya.
Ia pun mengapresiasi langkah pihak-pihak yang sudah mulai memanfaatkan budidaya perikanan dan kelautan di Indonesia.
Di Semarang, ia memberi contoh yaitu sudah adanya balai budidaya ikan air payau dan laut di Karanganyar, Tugu, Kota Semarang.
"Artinya di laut maupun di perairan tawar ada potensi yang dapat dikembangkan secara maksimal," imbuh Dr. Bambang.
Namun, pihaknya mewanti-wanti agar pemanfaatan budidaya ini tidak mengakibatkan kerusakan laut.
Misal, penggunaan plastik yang berlebihan. Karena kandungan bioplastik dapat merusak biota laut. Bahkan, menurutnya saat ini 60 persen plastik yang digunakan di dunia masuk ke laut.
"Penguraian plastik itu sangat lama. Plastik juga berpotensi menempel di plankton, juga dimakan ikan baik kecil maupun besar," terangnya.
Prof. Budi Widianarko, guru besar Fakultas Teknologi Pangan Unika menambahkan perguruan tinggi perlu mulai terbuka pada pengetahuan lokal masyarakat, termasuk petani dan nelayan. Misalnya ikut membantu nelayan lokal memanfaatkan budidaya kelautan di Indonesia.
"Kendalanya saat ini minat petani dan nelayan belum tentu hisa dibangkitkan."
"Misal mengapa ada desa berkembang? Karena ada faktor petani maupun nelayan yang juga ingin berkembang," ujarnya.