Munculnya perilaku seksual pada pelajar, salah satunya disebabkan oleh edukasi tentang seksual yang tidak didapatkan mereka.
Maka pendidikan seksual kepada anak dan pelajar menjadi penting untuk mengurangi angka kejahatan seksual tersebut.
Hal itu diungkapkan Psikolog sekaligus Dosen Psikologi Unika Soegijapranata, Dr Christin Wibhowo di seminar tentang edukasi seksual di kampus Unika Soegijapranata, Jumat (29/11/2019).
Menurut Christin, peran guru sekolah krusial untuk memberikan pendidikan seksual kepada para pelajar.
"Orangtua cenderung canggung dan tidak terstruktur. Kalau guru punya kurikulum sehingga anak-anak usia belajar mau tidak mau bisa mengikuti kurikulum tersebut dan punya aturan yang jelas," paparnya.
Meski begitu ia menekankan jika masalah pendidikan seksual pada pelajar hanya diberikan oleh guru maka tidak akan efektif.
Pendidikan seksual sepenilainya membutuhkan kesinambungan, artinya jika dilakukan sekolah saja tidak cukup.
Maka harus diteruskan di rumah oleh para orangtua.
"Perilaku seksual berkaitan dengan emosi, berkaitan dengan perilaku sehari-hari, jadi yang dicontoh ya orangtua," jelasnya.
Ia menjabarkan, pendidikan seks bukan cuma terkait hubungan intim suami istri saja. Tetapi juga terkait menghormati lawan jenis, dan juga tidak melecehkan lawan jenis.
"Berdasar modul WHO (World Health Organization), anak-anak harus tahu perilaku seksual itu mencakup semua hal."
"Seperti perawatan diri, kesejahteraan gender, kesehatan reproduksi, itu semua harus diajarkan kepada generasi muda," jelas Christin.
Ia pun berpesan kepada para guru dan orangtua, jika memberikan pendidikan seksual pada anak, ada dua hal yang harus diperhatikan.
Di antaranya menjelaskan secara santai, dan sebisa mungkin memberikan penjelasan yang mudah dimengerti.
Adapun seminar tersebut diikuti 40 guru BK dari sekolah se Jawa Tengah.
Kepala UPT Promosi dan Rekrutmen Mahasiswa Unika Soegijapranata, Vera Retnowati seminar tersebut sengaja membahas terkait pendidikan seks.
Hal itu supaya para pendidik terutama guru BK di Sekolah SMA bisa memahami dan memberikan solusi terhadap masalah seks di kalangan remaja sekolah.
"Artinya sekolah harus mulai tidak tabu untuk menjelaskan secara mendalam terkait pendidikan seks kepada pelajar," jelasnya.