Pendidikan seks sejak anak-anak, juga menjadi bagian dari tugas guru di sekolah. Menurut Dosen Psikologi Unika Soegijapranata Dr Christin Wibhowo, guru di sekolah memegang peran utama dalam pendidikan seks.
"Orang tua juga berperan dalam pendidikan seks tetapi terkadang mereka canggung dan tidak terstruktur ketika memberikan penjelasan kepada anak. Berbeda dengan guru yang sudah mempunyai kurikulum sehingga bisa diikuti oleh anak-anak," kata Christin, dalam seminar “Sex Education” yang dihadiri perwakilan guru Bimbingan Konseling dari 40 SMA/SMK Negeri dan Swata se- Jawa Tengah di ruang Teater Thomas Aquinas Unika Soegijapranata, baru-baru ini.
Tetapi masalah pendidikan seks, tidak hanya domain guru di sekolah saja. Agar lebih efektif dan berkesinambungan, orangtua meneruskannya di rumah.
Perilaku seksual ini menurutnya, berkaitan dengan emosi, perilaku sehari-hari, terutama perilaku orangtua di rumah yang dijadikan contoh. Untuk itu, sekolah dan orangtua harus belajar dan bekerjasama memberikan pendidikan seks.
"Pendidikan seks mencakup semuanya, jadi bukan hanya membicarakan yang berkaitan dengan hubungan intim suami istri," tambahnya.
Pendidikan seks juga menyangkut banyak hal, yaitu pengetahuan, emosi, dan ketrampilan. Jadi kalau melakukan sesuatu bukan hanya senang secara biologis saja, akan tetapi ada aspek lain yaitu spiritual dan kognisi.
Christin berpesan kepada para orangtua jika berkaitan dengan pendidikan seksual pada anak dalam keluarga, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pertama, menjelaskannya harus santai dan jangan menganggap tabu. Kedua menjelaskan dengan logika, jangan memberikan penjelasan yang membuat anak berimajinasi.
Kepala UPT Promosi dan Rekrutmen Mahasiswa Unika Soegijapranata, Vera Retnowati mengatakan, seminar mengangkat topik yang sering dibicarakan di kslangan remaja yang duduk di SMA. Kegiatan ini pada awalnya hanya diperuntukkan bagi guru BK di sekolah, tetapi ternyata banyak orangtua murid yang berminat.