Prospek Bandar Udara (Bandara) Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang dan Bandara Internasional Adi Soemarmo di Boyolali ke depan masih bagus.
Hal ini karena sarana dan prasarana kedua bandara internastional tersebut sudah representatif dan nyaman untuk penumpang pesawat terbang.
Demikian dikatakan pengamat transportasi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno kepada Gatra.com di Semarang, Selasa (7/1).
Menurutnya, bila sekarang belum seramai Bandara Internasional Juanda Surabaya Jawa Timur dan Husein Sastratengara Bandung Jawa Barat dikarenakan belum adanya dukungan moda transportasi ke tempat obyek wisata.
“Perlu ada integrasi antarmoda, semisal bus dari Bandara Ahmad Yani dan Adi Sumarmo ke tempat pariwisata,” katanya.
Karakteristik penumpang pesawat terbang, lanjut Djoko, terdiri atas pelaku bisnis sebesar 12 persen, wisatawan sebsar 10 persen, aparatur sipil negara (ASN) karena perjalanan dinas sebesar 40 persen, dan sisanya keluarga.
Potensi penumpang wisatawan masih bisa ditingkatkan, mengingat Jawa Tengah (Jateng) memiliki banyak obyek pariwisata menarik seperti Candi Borobudur, Magelang, kawasan Kota Lama Semarang.
“Kekuatan Jateng adalah pariwisata karena ada wisata alam, wisata candi, wisata religi dan lainnya, serta usaha kecil mikro dan menengah (UMKM). Kedua bandara bisa menjadi pintu masuk bagi wisatawan,” ujarnya.
Kepala Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini menyatakan keberadaan jalan tol Trans Jawa, tidak banyak membawa pengaruh terhadap minat penumpang pesawat terbang di Semarang dan Solo.
Pengaruh jalan tol Trans Jawa terhadap minat penumpang pesawat terbang sekitar 5 persen karena masyarakat masih membutuhkan waktu cepat.
"Kecuali nantinya ada kereta api cepat Jakarta – Semarang dengan waktu hanya tiga jam, maka akan membawa pengaruh besar terhadap penumpang pesawat terbang,” ucap Djoko.
Dosen Teknik Sipil Unika Soegiyapranata ini berharap pada 2020 tidak terjadi perang tarif penerbangan karena merugikan masyarakat dan berpengaruh ke turunnya sektor pariwisita.
“Kalau bisa tarif pesawat terbang diturunkan Rp100.000 untuk lebih manarik minat masyarakat menggunakan angkutan udara,” katanya.