Gesekan antar golongan, hampir selalu menghias media dan menjadi narasi yang cukup menonjol di kehidupan bangsa Indonesia. Berangkat dari keresahan tersebut, dosen Psikologi Unika Soegijapranata Lita Widyo Hastuti berkicau melalui akun Twitter miliknya dan cerita yang dibagikannya itu menginspirasi netizen.
“Belakangan narasi gesekan antar golongan, hampir setiap hari terjadi lebih menonjol. Kalau kita fokus kepada hal-hal jelek maka pikiran dan hati juga akan menjadi tidak baik,” kata Lita saat dihubungi suaramerdeka.com, Jumat (31/1).
Lita melihat, banyak cerita-cerita kecil yang sederhana berada di sekitar kehidupan sehari-hari bisa untuk mengimbangi narasi-narasi yang tidak baik. Cerita yang dia bagikan, mengenai persahabatan antar mahasiswanya yang tidak mengenal sekat suku, ras dan agama.
“Saya ingin setiap orang masih perlu melebarkan hati, melihat bahwa sebenarnya cerita-cerita kecil yang tidak sempat nampak karena hiruk pikuk selama ini, tertutup oleh kepentingan politik sesaat,” tambah wanita yang pernah menjabat sebagai wakil Rektor III Unika Soegijapranata.
Cerita mengenai persahabatan tersebut, sangat membekas meski kejadiannya menurut Lita sudah sekitar tujuh tahun yang lalu. Ia melihat, bagaimana anak-anak muda saling menguatkan satu dengan yang lainnya ketika seorang kawannya berjuang setelah mengalami musibah kecelakaan berat.
“Saya juga tidak tahu bagaimana cerita itu kemudian menginspirasi banyak orang, mungkin karena melibatkan rasa yang mendalam dan kepedihan. Meski verita mengenai empati tidak hanya soal yang sedih,” tutur dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata yang sedang melanjutkan studi doktoral itu.
Ia tidak pernah berpikir apapun kecuali ingin berbagi mengenai pengalaman yang pernah dialaminya. Ketika melihat sambutan netizen yang luar biasa dan sempat viral, Lita merenungkan kembali bahwa ternyata masih banyak orang yang merindukan hal yang diceritakan.
“Poin saya di situ, ternyata banyak orang baik merindukan hal seperti itu muncul kembali,” tambah Lita yang sering berbagi mengenai psikoligi dan peduli kepada orang lain.
Mengenai ceritanya yang kemudian menjadi viral, ia mengaku tidak pernah merencanakan hal itu sebelumnya. Ia hanya menggelinding mengikuti apa yang ada di hati kemudian dituliskan dalam cuitan dalam akun Twitter miliknya.