Pemutaran film dokumenter Beta Mau Jumpa di Gedung Theater Thomas Aquinus Universitas Soegijapranata Jumat (28/02/2020) dihadiri oleh puluhan orang. Pemutaran dimulai pulul 13.00 dilanjut dengan diskusi.
Kegiatan menonton dan diskusi film Beta Mau Jumpa digelar oleh Pusat Studi Urban dan Pusat Studi Asia Tenggara Unika Soegijapranata menggandeng Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) Semarang, Ein Institute, Elsa, dan Gusdurian.
Judul film ini sempat diperdebatkan bahkan mengalami perubahan beberapa kali hingga sampai pada penamaan judul Beta Mau Jumpa.
Pemutaran film Beta Mau Jumpa yang merupakan film kedua dari serial dokumenter Indonesian pluralities bercerita tentang konflik antaragama yang melanda Ambon tahun 1999-2002.
Film ini menyoroti agensi lokal dalam membangun perdamaian terutama perempuan.
Weslly Johannes Aktivis Paparisa Ambon sekaligus pemantik diskusi mengatakan saat itu ada narasi yang berbeda yaitu kejelekan dan ketidakpercayaan orang lain secara kolektif.
Trihoni Nalesti Dewi Ketua Pusat Studi Urban Unika pun mengungkap munculnya perdamaian justru dari identitas kelompok yang kuat hingga memunculkan keberanian untuk saling bertemu.
Perlu inisiatif pribadi mengatasi konflik yang diambil dari bentuk komunal. Justru orang-orang dengan identitas kelompok yang kuat menjadi sangat menarik karena memunculkan kemandirian membangun perdamaian, jelas Lesti.
Weslly memaknai film ini bahwa hidup bukan soal menang dan kalah. Orang yang kalah tentu tidak akan diam. Dalam film ini goalnya bukan menang dan kalah tetapi damai itu sendiri.