Sebuah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas peneliti, dosen dan mahasiswa dalam menyusun proposal, serta menguatkan jaringan berbagai sumber pendanaan dari berbagai versi, demikian pula meningkatkan peluang pendanaan bagi riset dan kolaborasi berbagai pihak dalam peningkatan kualitas riset, telah terselenggara melalui kegiatan pelatihan penyusunan proposal gender perspektif secara online, pada Senin (18/5) yang diselenggarakan oleh LPPSP (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Pembangunan) Semarang bekerja sama dengan PSGA UNTAG Semarang.
Acara pelatihan yang diikuti secara nasional oleh hampir 250 peserta dari seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua, telah turut menyemarakkan kegiatan pelatihan ini. Artinya harapan dan keinginan panitia penyelenggara yang menggabungkan tiga narasumber yang memiliki kompetensi di bidangnya, yaitu Dr Arianti Ina Restiani Hunga MSi sebagai Kepala Pusat Studi Gender dan Anak UKSW, Dr Indra Kertati MSi selaku Ketua Pusat Studi Gender dan Anak UNTAG Semarang, serta dari Unika Soegijapranata yang disampaikan oleh Dr Rustina Untari sebagai Ketua Pusat Studi Wanita Unika Soegijapranata, telah secara lengkap memberikan informasi dan masukan bagi para peserta atau peneliti dalam menyusun proposal penelitian gender dalam lingkup kerjasama internasional, pendanaan lembaga donor maupun Dikti.
Dalam paparan materinya, Dr Rustina Untari sebagai salah satu narasumber nampak menyoroti bagaimana proses yang harus dilalui dan persiapan apa saja yang mesti dilakukan dalam rangka strategi lolos proposal Dikti bagi peneliti pemula.
“Kalau kita ingin melakukan penelitian dengan dana dari Dikti maka ada tiga kategori penelitian yang bisa kita pilih yaitu (1) kategori penelitian kompetitif nasional, (2) kategori penelitian desentralisasi, (3) kategori penelitian penugasan,” jelas Dr Rustina Untari.
Disamping itu diperlukan juga syarat-syarat untuk masing-masing kategori penelitian ini, yang di masing-masing kategori tersebut terdapat skema penelitian yang dipengaruhi oleh kelompok dari perguruan tinggi peneliti (kluster mandiri, kluster utama, kluster madya, dan kluster binaan).
Hal lain diperlukan pula syarat-syarat dari sisi individu penelitinya, maupun tim peneliti yang bisa dipenuhi yang mana, baru kemudian kita pilih skema penelitiannya. Kita juga harus punya CV (keahlian) yang bisa dicek pada sinta atau ID sinta dan google scholar, tuturnya.
“Rangkaian proposal yang disyaratkan oleh Dikti ada panduannya, dan calon peneliti bisa mengikuti panduan teknisnya, yang ditulis secara eksplisit sesuai yang disyaratkan terutama ditulis dalam word dulu dan dihindari submit pada menit terakhir pendaftaran. Kemudian diperhatikan pula file yang harus dipersiapkan dalam bentuk JPG, biasanya file tersebut adalah file roadmap dan diagram alir,” terang Dr Rustina Untari.
Berikutnya adalah Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) yang cocok dengan skema penelitian kita, yang didalamnya akan tampak indikator yang harus diberikan. Kemudian jika kita melakukan penelitian dalam isu Gender Equity and Social Inclusion (GESI) maka tidak bisa kita hanya memilih isu gender equity saja tetapi harus juga menyertakan social inclusion atau GESI, juga terkait dengan TKT-nya, demikian pula pentingnya sinta ID, paparnya.
“Dalam proses berikutnya perlu dipersiapkan fokus riset, tema riset dan topik riset serta harus dicek satu per satu serta harus disesuaikan dengan bidang kita dan dengan Dikti sebagai pemberi dana. Pemilihan kata juga disesuaikan dengan yang tercantum dalam panduan dan jangan terlalu ambigu,” sambungnya.
Apabila sudah membuat proposal maka komponen yang dinilai itu apa saja harus dicek kembali supaya tidak ada yang terlewat persyaratannya, jika ternyata masih ada yang kurang dan harus dipenuhi kelengkapannya maka bisa mencari teman yang supaya persyaratan itu terpenuhi secara lengkap, tutupnya. (FAS)
Sidang Awal SMU dan BEMU SCU Berjalan Sukses
Senat Mahasiswa Universitas (SMU) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU)