Dalam masa pandemi virus corona yang juga melanda Indonesia, pembangunan dan pengembangan sebuah fasilitas kesehatan seperti rumah menjadi bagian penting dalam penanganan pasien Covid-19.
Dosen Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Unika Soegijapranata, Bonifacius Bayu, menyampaikan kepedulian arsitektur dalam menghadapi pandemi ini dilakukan melalui buah karya rancangan yang bisa diadaptasi oleh rumah sakit dengan fabrikasi yang cepat melalui modul arsitektur.
"Kami merancang sebuah modul arsitektur yang ada kaitannya dengan sebuah proses pembuatan konstruksi bangunan yang sudah dilakukan secara cepat," ucapnya dalam diskusi rutin online yang diselenggarakan LPPM Unika Sogijapranata, Kamis (11/6/2020).
"Tujuan dari modul itu adalah untuk penanggulangan pasien Covid-19. Seperti halnya pembangunan field hospital," tambahnya.
Menurut Bonaficus, modul arsitektur tersebut secara sistematis merupakan suatu konstruksi rangkaian yang cukup kompleks, dan bisa lebih adaptif dengan lingkungan.
"Jadi, misalnya kita sudah punya suatu modul tertentu dengan area yang mengalami perbedaan ukuran, itu pun juga bisa menyesuaikan dan bisa beradaptasi. Mengenai ukurannya juga bisa kita sesuaikan dengan ukuran atau modul-modul dasar. Sehingga nanti yang menjadi kekhasan itu adalah dari segi polanya, cara assemblingnya, kemudian juga cara pengembangannya di lapangan," ucapnya.
Dia mengungkapkan, satu di antara kontribusi arsitek pasca pandemi Covid-19 adalah apabila pemerintah suatu saat memiliki agenda untuk membangun sebuah rumah sakit khusus penanganan covid-19 di area yang baru.
"Seperti semacam lahan baru yang luas, terisolasi dan tidak ada bangunan di sekitarnya. Demikian pula populasi warga juga dibatasi," ucapnya.
Dalam rancangan tersebut, ucap Bonaficus, tentu dipikirkan juga bagaimana membuat suatu fasilitas lingkungan hidup yang nyaman.
"Tentu, tanpa mengesampingkan fungsi bangunan sebagai rumah sakit berikut fasilitas kesehatan di dalamnya," tuturnya.
Selain membahas mengenai peran arsitektur dalam masa pandemi, diskusi tersebut juga menghadirkan dosen Ilmu Komunikasi Ryan Sheehan Nababan.
Ryan Sheehan menyampaikan, dalam masa pandemi ini peran komunikasi visual juga diperlukan dalam masa seperti sekarang ini sebagai informasi yang penting kepada masyarakat.
“Komunikasi visual itu sederhananya adalah adanya komunikator. Peran komunitor itu adalah memberikan informasi dan menyampaikan pesan kepada komunikan atau penerima pesan, jadi ada pesan dan penerima pesan. Menurunya, dalam hal penanganan covid-19 ini, komunikatornya adalah pemerintah dan komunikannya adalah rakyat Indonesia.
"Dalam penyampaian komunikasi visual, lebih mementingkan bahasa visual. Karena bahasa visual ini dinilai lebih komunikatif, efektif, efisien, terpola, terpadu, tepat, dan memiliki nilai estetis," tuturnya.
Sedangkan, peran komunikasi visual dalam sosialisasi penanganan pandemi covid-19 oleh pemerintah adalah komunikasi visual memudahkan masyarakat memahami informasi penting terkait covid-19.
"Komunikasi visual efektif memberikan informasi mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan agar tidak terinfeksi virus corona. Selain itu, komunikasi visual dapat menyampaikan pesan dan informasi pencegahan persebaran virus corona dengan tidak bertele-tele, tapi lugas dan jelas," ungkapnya.
Menurutnya, komunikasi visual dapat menyampaikan pesan dan informasi secara artistik dan tidak kaku.
"Komunikasi imi efektif memberikan efek ketenangan dalam menghadapi wabah virus corona," tandasnya.
berita serupa: