Berawal dari satu kelompok belajar dan bermain membuat setiap orang dalam kelompok ini terus maju dan menyelesaikan studinya masing-masing. Hal ini yang membuat Leo sapaan akrab dari Lauw, Leonardo Chandra Trimulya ini akhirnya lekas menyelesaikan skripsinya.
Efek dari menunda sebuah pekerjaan membuat dirinya merasa ketagihan sehingga saat proses pengerjaan skripsinya tersendat-sendat. Mengangkat tema skripsi dengan lingkup hukum internasional ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Leo untuk melakukan studi pustaka. “Komitmen Pemerintah Indonesia Dalam Penghapusan Diskriminasi Rasial Sebagai Bentuk Implementasi International Convention On The Elimination Of All Forms Of Racial Discrimination (Studi Kasus Diskriminasi Terhadap Masyarakat Papua)” adalah judul skripsi milik Leo.
Lulusan SMA Kolese Loyola Semarang ini bukan tanpa alasan menentukan skripsi tersebut. Melihat kejadian diskriminasi yang terjadi di wisma mahasiswa Papua di Surabaya membuat Leo menentukan untuk mengangkat skripsi tentang hal tersebut. “Misalnya di suatu negara terjadi sebuah kasus yang tidak manusiawi, bagaimana negara tersebut dapat mengatasinya? Dan adanya PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations) ini yang memuat banyaknya perjanjian internasional sehingga hal tersebut yang ingin aku lihat apakah di Indonesia itu benar-benar ada sebuah komitmen, dan dijalankan tujuannya atau hanya formalitas saja?” ungkap Leo.
Leo yang lahir di kota Semarang, dan putra dari Bambang Tjandra Waluyo ini optimis walau dengan skripsi studi pustaka tetap akan memberikan dampak positif kepada para pembaca nantinya.
Hambatan yang dialami Leo selama proses pengerjaan skripsi ini yaitu karena lingkup hukum internasional dan sumbernya bisa diakses di seluruh dunia karena penggunaan bahasa internasional. Namun hal tersebut bukanlah hambatan yang berat, sebenarnya hambatan ada pada diri sendiri yang suka menunda pekerjaan. Dan muncul dorongan semangat lagi ketika melihat teman-teman satu kelompoknya sudah banyak yang sidang. Memang benar untuk lulus bersama dan wisuda bersama menjadi tambahan semangat bagi Leo. Lulus menjadi Sarjana Hukum menyandang predikat dengan pujian dan IPK 3,86 menjadi sebuah pencapaian tersendiri.
Selepas dari kampus ungu tercinta ini, Leo berencana untuk mengimplementasikan ilmunya di dunia kerja dan berusaha untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi ke luar negeri. Melalui beasiswa yang nantinya diharapkan dapat menjadi bekal studi hingga lulus, dia berharap bisa kembali bekerja di Indonesia dan menjadi seorang pengacara.
Selama berkuliah di Unika Soegijapranata ini Leo sangat merasakan efek positifnya. Benar adanya bahwa kuliah tidak hanya didalam kelas saja, kampus telah menyediakan fasilitas atau wadah untuk mengasah hard skill maupun soft skill. Dorongan untuk mengikuti banyak kepanitiaan juga menjadi alasan Leo untuk aktif di luar kelas karena didalamnya terdapat nilai yang tidak dapat ditukar dengan apapun. Mulai dari banyak teman baru, sosialisasi bertambah dan tidak akan ada penyesalan karena sesudah dari kampus ini tidak ada lagi kesempatan seperti ini.
“Kalau ditanya motto-nya apa? Aku selalu jawab Magis, kenapa? Karena Magis adalah semangat Ignatian yang selalu aku pegang teguh dari SMA yang artinya adalah menjadi lebih baik setiap harinya,” tegasnya.
“Berusaha untuk lebih baik lagi dan jangan pernah menunda pekerjaan karena akan membuat ketagihan. Tetap semangat kuliah jangan hanya kuliah pulang saja karena ada wadah untuk sosialisasi di kampus ya dimanfaatkan secara maksimal untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi,” jelas Leo dengan bangga. (lid)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi