Oleh: Inneke Hantoro, Dosen Teknologi Pangan, Unika Soegijapranata
Di tengah masa pandemi, menjaga tubuh supaya tetap fit dan sehat merupakan hal terpenting. Banyak orang kemudian berusaha mengonsumsi makanan yang sehat dan suplemen yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk buah dan sayur.
Buah dan sayur merupakan sumber berbagai vitamin (A, C, E) yang diperlukan untuk meningkatkan imunitas. Selain itu, sejumlah mineral, serat, dan senyawa-senyawa fitonutrien (contohnya antioksidan) juga terkandung di dalamnya. Banyak ahli gizi yang menyarankan, dalam sehari perlu mengonsumsi 5–9 porsi buah dan sayur dalam diet untuk mendapatkan nutrisi yang cukup.
Cara mengonsumsi buah dan sayur juga akan mempengaruhi seberapa banyak manfaat yang didapatkan. Sebagian besar orang mengonsumsi buah dan sayur dalam bentuk segar, sebagian yang lain lebih suka dalam bentuk jus. Lalu cara manakah yang lebih baik dalam mengonsumsi sayur dan buah, dalam bentuk utuh atau jus?
Jus didapatkan dengan cara mengekstrak sari buah atau sayur menggunakan juicer atau blender. Kelebihan dari cara ini bisa mendapatkan asupan vitamin dan fitonutrien dari beberapa buah dan sayur sekaligus, ibaratnya mengonsumsi vitamin dari 10 buah jeruk dalam satu gelas. Bagi orang yang konsumsi buah dan sayurnya rendah, jus dapat menjadi pilihan yang tepat dan efektif untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dari kedua bahan pangan ini.
Di sisi lain, proses pembuatan jus dapat menghilangkan sebagian besar serat tidak larut (insoluble fibre) seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Namun serat yang larut (soluble dietary fibre) masih terdapat pada jus. Minimnya kandungan serat tidak larut sebenarnya dapat lebih melancarkan penyerapan mikronutrien di dalam tubuh. Namun, serat tidak larut sebenarnya juga berperan untuk membantu kesehatan usus dan memperlancar pembuangan sisa-sisa makanan. Serat tidak larut juga dapat memberikan rasa kenyang yang lebih lama.
Selain itu, jus juga dapat menjadi sumber kalori yang tinggi, apalagi bila ditambah gula dalam pembuatannya. Tanpa penambahan gula, kandungan gula buah (fruktosa) di dalam jus buah sudah tinggi. Kandungan fruktosa yang tinggi tidak disarankan bagi penderita diabetes karena dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Maka pembuatan jus dengan menggunakan pilihan buah yang tidak terlalu tinggi kadar fruktosanya, tidak menambahkan gula, atau mengombinasikan jus buah dengan sayuran menjadi alternatif yang lebih baik dan sehat.
Pemenuhan kebutuhan serat dan mikronutrien sebaiknya tidak hanya digantungkan dari konsumsi jus buah atau sayur. Kombinasi konsumsi dengan buah dan sayuran segar dapat mencegah risiko kekurangan serat tidak larut dan kelebihan kalori.
►https://betanews.id/2020/08/sehatkah-konsumsi-jus-buah-dan-sayur.html