Lulusannya juga diakui dan mendapat hak yang sama, bisa bekerja atau melanjutkan kuliah.
Jateng mulai membuka sekolah virtual. Program untuk memangkas angka putus sekolah ini mendapat apresiasi dari pakar pendidikan. Mereka menilai, program ini merupakan terobosan yang luar biasa untuk mengatasi persoalan bangsa.
Pengamat pendidikan dari Unika Soegijapranata, Tukiman Tarunasayoga mengatakan, sekolah virtual yang digagas Pemprov Jateng ini harus diapresiasi dan disampaikan kepada masyarakat luas. Pasalnya, banyak masyarakat yang kesulitan dalam pendidikan anak-anak mereka.
“Sekolah virtual merupakan jalan keluar bagi anak-anak yang tidak bisa sekolah karena persoalan biaya,” ucapnya saat peresmian sekolah virtual di ruang kerja Gubernur Jateng, Selasa (13/10/2020).
Hak pendidikan, lanjutnya, harus dimiliki setiap anak. Mereka yang masih berusia di bawah 18 tahun, hak mereka harus dipenuhi, termasuk hak memperoleh pendidikan.
“Apapun yang terjadi, apakah tidak mampu atau karena faktor lain, pemerintah memiliki kewajiban untuk memenuhi hak pendidikan anak,” tegasnya.
Senada disampaikan Rektor Universitas Ivet Semarang, Prof Rustono. Rustono yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pendidikan Jateng menegaskan, tidak boleh anak-anak usia sekolah terlantar hanya karena faktor ekonomi.
“Alhamdulillah ada gagasan membuat sekolah virtual ini. Dengan begitu, maka mereka mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan yang layak,” ucapnya.
Masyarakat, lanjutnya, pasti senang dengan kabar ini. Sebab, banyak masyarakat yang tidak mampu menyekolahkan anak mereka hanya karena urusan biaya.
“Jateng daerahnya cukup besar, dan masih banyak yang memerlukan akses pendidikan. Untuk itu, saya harap sekolah virtual bisa dilanjutkan dan diperluas jangkauannya ke daerah-daerah terpencil,” tegasnya.
Sebagai salah satu pihak yang ikut merancang sekolah virtual, Rustono mengatakan bahwa anak-anak yang menjadi siswa sekolah virtual akan mendapat hak yang sama dengan siswa sekolah reguler lain. Sebab, mereka akan masuk dalam Dapodik sekolah negeri yang mengampu, yakni SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali.
“Mereka terdaftar sebagai siswa, sehingga resmi. Lulusannya juga diakui dan mendapat hak yang sama, bisa bekerja atau melanjutkan kuliah,” tandasnya.
Sementara itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo menjelaskan, ide awal pembuatan sekolah virtual ini adalah untuk memberikan semua anak-anak kesempatan belajar. Banyak anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah atau berhenti sekolah, karena alasan biaya.
“Maka kami buat konsep sekolah virtual ini, agar mereka yang tidak sekolah atau berhenti sekolah karena faktor ekonomi, tetap bisa sekolah dengan baik. Akan kami dampingi dan bantu mereka melanjutkan cita-citanya,” ucapnya.
Untuk sementara, rintisan sekolah virtual dibuka di dua tempat, yakni di Brebes dan Boyolali. Masing-masing sekolah diikuti oleh 36 siswa.
Sekolah virtual di dua tempat itu diampu oleh sekolah negeri yang ada di sana, yakni SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali. Sehingga, proses belajar mengajar yang didapat bisa tetap memenuhi standar pendidikan nasional.
Kesempatan Lanjutkan Sekolah
Yevi Nurfahmi, siswa sekolah virtual asal Brebes mengaku sangat terbantu dengan program ini. Orang tua yang hanya bekerja sebagai asisten rumah tangga, membuat harapannya memperoleh pendidikan lebih tinggi pupus.
“Tidak daftar SMA karena faktor ekonomi, orang tua hanya bekerja sebagai ART. Senang sekali ada sekolah virtual ini, jadi saya bisa kembali sekolah. Saya ingin menjadi seorang penyanyi,” terangnya.
►https://jatengtoday.com/sekolah-virtual-di-jateng-diapresiasi-pakar-pendidikan-63569
berita serupa
https://www.radioidola.com/2020/sekolah-virtual-jadi-terobosan-di-dunia-pendidikan/