Kembali LP3 Unika Soegijapranata menyelenggarakan webinar seri ketiga yang kali ini memilih tema “Kerjasama Perguruan Tinggi dan Dunia Industri Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka”.
Webinar seri yang ketiga ini juga berbeda dengan sebelumnya, karena menghadirkan Adhi S Lukman selaku CEO PT. Niramas Utama (Inaco) sekaligus juga sebagai Chairman of Indonesia’s Food and Beverage Industry Association (GAPMMI). Tentu ada harapan yang ingin dicapai dengan menghadirkan seorang CEO sebuah perusahaan besar dalam webinar ketiga ini.
Seperti yang disampaikan oleh Rektor Unika Soegijapranata Prof Dr F Ridwan Sanjaya MS IEC. “Dengan webinar ini setidaknya kita dapat mengetahui bagaimana pemikiran masing-masing industri terhadap Kebijakan Kampus Merdeka. Karena semua sudah mendengar dan memahami bahwa Kampus Merdeka membawa suatu perubahan landscape tersendiri bagi dunia perguruan tinggi dimana dunia industri mulai kebanjiran, yaitu kebanjiran orang-orang yang magang,” ungkap Prof Ridwan.
Dulu magang bersifat optional dan waktunya tidak lama, tapi di kebijakan kampus merdeka bisa diminta lebih. Selanjutnya mungkin akan banyak kesulitan karena banyak juga kampus yang diharpkan dapat meningkatkan kemampuan sama sesuai dengan permintaan magang di dunia industri, lanjutnya.
Tetapi kemungkinan, juga akan ada suatu penyesuaian dari bidang industri terhadap orang-orang yang masih belum punya pengalaman di dunia industri dan ingin mencoba, oleh karena itu diharapkan dengan bertemu dan berdiskusi dengan Pak Adhi ini bisa menjadi lebih tahu dan memahami bagaimana penerimaan dunia industri terhadap kebijakan kampus merdeka dan kesiapannya sehingga menjadi terhubung antara dunia kampus dengan industri, terang Prof Ridwan.
Sementara pembicara materi Bapak Adhi S Lukman menyampaikan engagement antara dunia perindustrian dengan pendidikan yang sangat penting untuk pengembangan dunia pendidikan di masa mendatang terutama terkait kebijakan Kampus Merdeka – Merdeka Belajar.
“Kita diharapkan dapat meningkatkan Global Innovation indexnya karena di tingkat Asean saja Indonesia masuk ranking yang terrendah, oleh karena itu diharapkan invention yang dikeluarkan dari perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi innovation karena bisa dikomersialkan,” ucapnya.
Oleh sebab itu, kita perlu upaya perbaikan dalam bidang industri dengan menerapkan Making Indonesia 4.0, innovation, competency dan mindset.
Perubahan dunia yang semakin cepat, menimbulkan Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity ( VUCA). Jadi ini adalah yang dihadapi oleh dunia saat ini. Oleh karena lompatan-lompatan besar telah terjadi di dalam kehidupan kita dan tentunya untuk memenangkan kompetisi itu kita harus mengakselerasi Making Indonesia 4.0 ini yang mau tidak mau harus kita jalankan.
Tentunya dengan meningkatkan human capital kita agar memiliki skill, lebih reliable, dan regulasi juga kita sesuaikan dengan mengakselerasi Making Indonesia 4.0. Demikian pula inovasi-inovasi juga diperkuat melalui kerjasama antara perguruan tinggi, dunia usaha dan sebagainya, untuk dapat menghasilkan nilai tambah, recognitif, dipercaya dan sustainable dengan bisnis, pungkasnya. (FAS)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi