Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unika Soegijapranata pada Sabtu (7/11) melalui ruang virtual Zoom, telah menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum dengan topik “Approaching Film Studies : What Should You Know?”.
Acara yang diikuti oleh hampir sebagian besar mahasiswa FBS Unika ini, sengaja diselenggarakan sebanyak satu tahun dua kali, yaitu setiap pada awal perkuliahan tahun akademik dan pada saat acara Dies Natalis FBS Unika Soegijapranata, demikian diutarakan oleh Ketua Penyelenggara Kegiatan Dra Wuryani Hartanto MA saat diwawancara melalui telepon.
“ Fakultas Bahasa dan Seni Unika ini memiliki tiga Program Studi (Prodi) yaitu Sastra Inggris, Englishpreneurship dan Digital Performing Arts. Sedangkan setiap penyelenggaraan acara memang selalu bergantian dalam memberi kesempatan kepada tiga Prodi tersebut, misalnya untuk yang kali ini kita memberi kesempatan pada Prodi Digital Performing Arts, sehingga tema kegiatan juga diarahkan untuk membuka wawasan bagi mahasiswa dan para dosen Prodi Digital Performing Arts,” tutur Dra Wuryani Hartanto MA.
Dan untuk narasumber, kami undang dua narasumber yang memiliki latar belakang yang sesuai dengan tema, yaitu Adhyanggono SS MA PhD yang merupakan dosen pengajar dari Fakultas Bahasa dan Seni Unika Soegijapranata, serta Brian Locker BS selaku Global Studies and Economics Facilitators juga Decatur Central High School Indianapolis, Indiana, USA.
“Materi kuliah umum ini juga sangat mendukung salah satu mata kuliah yang menjadi mata kuliah utama atau kunci di Digital Performing Arts yaitu Film Making,” lanjutnya.
Hal lain, ketertarikan generasi muda terhadap dunia digital juga menjadi pendorong untuk mendalami dunia film, karena tanpa diminta para mahasiswa juga sering membuat vlog atau podcast misalnya, walau dunia film sendiri banyak jenisnya salah satunya adalah film dokumenter, terangnya.
Mengenai film dokumenter, salah satu pembicara yaitu Adhyanggono SS MA PhD juga menegaskan dalam materinya tentang kebutuhan literasi digital.
“Dengan perkembangan teknologi informasi maka kebutuhan literasi digital menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindari, artinya literasi digital yang melek pengetahuan dan semua bentuk visualisasi yang ditampilkan di layar. Dan film termasuk salah satu dalam bentuk literasi tersebut sebetulnya,” ucap Adhyanggono PhD.
Sedangkan persinggungan antara Digital Performing Arts dengan film sendiri juga merupakan hal mutlak, karena film menjadi bagian dalam core pengetahuan dan ilmu di bidang bahasa dan seni, sehingga ada sastra digital, film, pertunjukan digital, musikalitas digital dan sebagainya, sambungnya.
Artinya membangun suasana akademik yang semakin mempertajam kemampuan dan pengetahuan mahasiswa untuk menggeluti dunia, salah satunya kajian film.
“Kelebihan dalam mempelajari kajian film, antara lain dari sisi bentuk dapat menyajikan suatu tayangan yang relevan dengan kondisi masyarakat yang riil sekarang ini. Termasuk di dalam materi saya adalah bagaimana mencitrakan kota Semarang melalui sebuah film,” jelasnya.
Jadi masih banyak orang melihat film sebatas hiburan semata, padahal sebenarnya masih banyak sisi lain yang bisa dikembangkan untuk santapan pengetahuan publik. Namun perlu diingat apabila film akan ditayangkan dalam perkuliahan, maka perlu diketahui targetnya seperti apa, sehingga diharapkan dengan film kita bisa membangun apresiasi terhadap inklusifitas, toleransi, dan tidak hanya dalam satu sudut pandang saja.
Diharapkan di kalangan milenial atau generasi muda bisa membuka wawasan atau open minded, sehingga bukan berangkat dari masalah suka atau tidak suka saja tapi menggunakan rasio terlebih dahulu baru kemudian diikuti dengan rasa, pungkasnya. (FAS)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi